Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
Hal ini tergambar dari riset yang dilakukan oleh Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba (NIDA) Amerika Serikat.
Baca Juga: Appnindo mendukung kehadiran para pemain baru di industri HPTL
“Model kami memprediksi prevalensi merokok dengan cukup akurat sebelum ketersediaan rokok elektrik. Tetapi begitu e-rokok tersedia secara luas, itu semakin melebih-lebihkan prevalensi [merokok]. Jadi prevalensinya menurun, tetapi model kami berdasarkan era sebelum rokok elektrik memprediksi penurunan hanya saja tidak terlalu drastis,” tulis riset tersebut.
Hokkop menjelaskan dari riset tersebut, remaja yang memiliki kecenderungan rendah untuk merokok setelah rokok elektrik tersedia sangat tidak mungkin untuk menggunakan rokok elektrik.
Dengan kata lain, remaja yang menggunakan vape umumnya adalah mereka yang akan merokok jika vape tidak tersedia.
“Sehingga penurunan perokok remaja benar-benar dipercepat setelah tersedianya rokok elektrik,” ujar Hokkop sesuai hasil riset tersebut.
Negara-negara di seluruh dunia telah mulai menerima fakta tentang rokok elektrik bahwa terdapat potensi kesehatan masyarakat yang besar pada vape ketika diadopsi bersamaan dengan kampanye informasi publik yang kuat dan peraturan perlindungan konsumen yang efektif.
Karena itu, Hokkop optimis bahwa rokok elektrik akan semakin diterima secara luas sebagai alat untuk mengurangi bahaya rokok dan akan memberi manfaat bagi jutaan orang di Indonesia. (Willy Widianto)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Konvo Sebut Negara Maju Pakai Vape Hentikan Paparan Rokok Remaja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News