kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ciri-ciri obesitas pada anak-anak & orang dewasa bisa dikenali dengan 3 cara berikut


Senin, 20 September 2021 / 08:06 WIB
Ciri-ciri obesitas pada anak-anak & orang dewasa bisa dikenali dengan 3 cara berikut
ILUSTRASI. Ciri-ciri obesitas pada anak-anak & orang dewasa bisa dikenali dengan 3 cara berikut


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kenali ciri-ciri Anda mengalami obesitas. Obesitas harus dicegah sejak dini, karena bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. 

Obesitas dapat dipahami sebagai penumpukan lemak tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh. Secara kasat mata, ciri-ciri obesitas adalah penumpukan lemak di berbagai anggota badan. 

Obesitas adalah masalah kesehatan yang tak boleh disepelekan atau dibiarkan begitu saja. Ini karena obesitas telah terbukti dapat meningkatkan risiko beragam penyakit berbahaya, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.

Tapi sayangnya, banyak orang mungkin tak menyadari dirinya mengalami obesitas. Mereka belum tahu ciri-ciri dan batasan berat badan yang termasuk obesitas.

Jika Anda belum mengetahui ciri-ciri obersitas, sebaiknya mulai periksa status gizi Anda apakah masih dalam kategori sehat atau sudah termasuk mengalami obesitas.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri obesitas:

1. Indeks massa tubuh (IMT)

Ciri-ciri pertama obesitas bisa dilihat dari IMT. IMT atau body mass index (BMI) adalah indikator umum yang kerap digunakan untuk mengklasifikasikan berat badan ideal.

Melalui metode penghitungan IMT, Anda dapat memperoleh informasi dasar tentang berat badan ideal dan tidak ideal. Angka yang muncul dari hasil penghitungan IMT bisa dijadikan tanda peringatan untuk menghindari bahaya penyakit akibat obesitas.

Berikut rumus mengihitung IMT untuk mengetahui ciri-ciri obesitas:

IMT = berat badan dalam satuan kg/(tinggi badan dalam satuan meter)²

Klasifikasi IMT menurut Permenkes RI No. 41 tahun 2014 tentang Peroman Gizi Seimbang, yakni sebagai berikut:

  • BB kurang: <18,5
  • Normal: 18,5 – 25
  • Gemuk (overweight): >25-27
  • Obesitas: >27

Sedangkan, klasifikasi IMT berdasarkan Asia Pasifik (2000) adalah:

  • BB kurang: <18,5 (risiko penyakit rendah)
  • Normal: 18,5 – 22,9 (risiko penyakit rara-rata)
  • BB lebih: >23 (risiko penyakit meningkat)
  • Pre-obesitas: 23-24,9 (risiko penyakit meningkat)
  • Obesitas derajat 1: 25-29,9 (risiko penyakit sedang)
  • Obesitas derajat 2 : >30 (risiko penyakit berat)

Jadi, misalnya Anda memiliki berat badan 76 kilogram dan tinggi badan 158 cm, besar IMT Anda adalah 76 dibagi (1,58x1,58)= 30,4. Karena memiliki IMT lebih dari 30, Anda pun dapat dikatakan sudah mengalami obesitas.

Bagi kebanyakan orang, IMT bisa memberikan perkiraan lemak tubuh yang masuk akal. Namun, IMT tetap saja tidak secara langsung mengukur lemak tubuh, sehingga beberapa orang, seperti atlet berotot mungkin memiliki IMT dalam kategori obesitas meskipun mereka tidak memiliki kelebihan lemak tubuh.

Baca juga: Bukan cuma jaga berat badan, ini ​8 manfaat olahraga secara rutin bagi tubuh

2. Menggunakan rumus Broca

Ciri-ciri kedua untuk melihat orang mengalami obesitas adalah dengan menghitung berat badan ideal menggunakan rumus Broca. Cara menggunakan rumus yang ditemukan oleh Pierre Paul Broca ini pun terbilang mudah. Jika berusia ≥40 tahun, rumus yang dipakai, yakni: Berat badan normal= (tinggi badan dalam satuan cm – 100).

Jadi, misalnya Anda memiliki tinggi badan 160 cm, maka berat badan yang ideal untuk Anda sesuai dengan rumus Broca adalah 60 - 9 = 51 kg. Jika berusia <40 tahun, rumus yang digunakan, yakni: Berat badan normal= (tinggi badan dalam satuan cm – 100) – 10 persen (tinggi badan dalam satuan cm – 100)

Sebagai contoh, jika Anda memiliki tinggi badan 170 cm, maka berat badan normal untuk Anda sesuai dengan rumus Broca adalah 70 - 7 = 63 kg.

3. Rasio lingkar pinggang (waist) dan panggul (hip)

Ciri-ciri ketiga untuk melihat orang mengalami obesitas adalah membandingkan lingkar pinggang dan pinggul. Menghitung rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengukur obesitas tanpa mempertimbangkan berat badan.

Untuk melakukan cara ini, Anda mulanya perlu mengukur terlebih dahulu lingkar pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Nilai yang didapat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus ini: W/H ratio: lingkar pinggang/lingkar pinggul Berikut adalah

W/H ratio pada pria:

  • >1,0: risiko penyakit berat
  • 0,9-1,0: risiko penyakit sedang
  • <0,9: risiko penyakit rendah

Sedangkan ini adalah W/H ratio pada  wanita:

  • >0,85: risiko penyakit berat
  • 0,8-0,85: risiko penyakit sedang
  • <0,8: risiko penyakit rendah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ukuran rasio pinggang dan panggul yang sehat tidak melebihi 0,85 untuk wanita dan maksimal 0,9 untuk pria. Memiliki perhitungan angka lebih dari itu, maka Anda bisa dikategorikan mengalami obesitas.

Menurut protokol pengumpulan data WHO, lingkar pinggang harus diukur di titik tengah antara margin bawah tulang rusuk terakhir yang teraba dan bagian atas puncak iliaka dengan memakai pita meteran. Sedangkan lingkar pinggul harus diukur di sekitar bagian terlebar dari bokong dengan pita sejajar dengan lantai.

Beberapa pihak menilai menghitung rasio lingkar pinggang dan punggul adalah cara terbaik untuk menentukan tingkat obesitas karena lebih berfokus pada pengukuran lemak perut. Lemak perut terdapat di area sistem endokrin yang mengeluarkan hormon dan bahan kimia terkait perkembangan berbagai penyakit.

Itulah ciri-ciri obesitas. Yuk jaga berat badan dengan rutin berolahraga, konsumsi makanan sehat dan istirahat teratur.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berapa Berat Badan yang Termasuk Obesitas?",


Penulis : Irawan Sapto Adhi
Editor : Irawan Sapto Adhi

Selanjutnya: 7 Cara mengecilkan perut buncit pada wanita & pria secara alami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×