kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cegah masalah kesehatan di masa depan, perlu strategi mitigasi tangani Long Covid


Sabtu, 23 Oktober 2021 / 08:50 WIB
Cegah masalah kesehatan di masa depan, perlu strategi mitigasi tangani Long Covid


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi Covid-19 memang sudah lebih terkendali. Tapi perlu dicatat, infeksi covid-19 tak hanya menjadi masalah di saat ini. Jika tidak dimitigasi secara serius, Long covid, berpotensi menjadi masalah di kemudian hari.

Dokter Residen Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Caesar Givani mengungkapkan, post covid syndrome atau yang dikenal dengan long covid terjadi jika gejala infeksi tetap dirasakan lebih dari 12 minggu setelah sakit Covid-19. Gejala long covid bervariasi mulai dari nafas berat, telinga berdengung, gangguan daya ingat, hingga depresi.

Dalam penelitian, sekitar 40% penderita Covid-19 berpotensi untuk bisa mengalami long covid. Oleh sebab itu, mitigasi risiko long Covid-19 perlu disiapkan. Adapun, vaksinasi menjadi salah satu cara untuk mengurangi risiko long Covid-19

Baca Juga: WHO: 180.000 Petugas kesehatan meninggal akibat COVID-19

"Terapi long Covid-19 bergantung gejalanya, misalnya jika gangguan napas, maka latihan pernapasan dalam pengawasan dokter spesialis paru atau rehabilitasi medis yang dianjurkan," ujar Caesar saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (22/10).

Dihubungi terpisah, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menekankan, fakta ilmiah mengenai long Covid-19 semakin menegaskan bahwa penyakit Covid-19 ini tidak bisa diremehkan menjadi sekadar flu biasa.

Oleh sebab itu dibutuhkan disiplin dan penanganan yang serius dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.

Riset menunjukkan, sekitar 1/3 dari penderita covid-19 berpotensi menderita long Covid-19. Lalu 70% dari 1/3 itu berpotensi mengalami kerusakan setidaknya pada satu organ vital seperti jantung, paru, hati, atau otak.

"Hal seperti ini tentu dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia kita ke depan. Itu lah sebabnya long Covid-19 berpotensi menjadi masalah masa depan sebagai beban bagi asuransi, BPJS kesehatan atau negara. Sehingga, prinsip pencegahan Covid-19 menjadi sangat penting" kata Dicky kepada Kontan.co.id, Jum'at (22/10).

Pemulihan long Covid-19 memerlukan strategi agar bisa meminimalkan risiko di masa depan. Untuk saat ini, langkah terbaik ialah dengan terus memitigasi penyebaran covid-19.

Baca Juga: Test PCR jadi syarat wajib terbang, ini daftar terbaru biaya test PCR

Dicky mengingatkan, tidak hanya pasien yang rawat inap atau yang masuk ke ICU saja yang mendapatkan perhatian, namun semua kasus infeksi covid-19 adalah penting untuk ditangani.

Di sisi lain, disiplin 3T (Testing, Tracing, Treatment) dan pelaksanaan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas) menjadi langkah mutlak yang harus terus dijalankan.

"Mari kita cegah dengan upaya 3T, 5M, vaksinasi dan literasi, lalu nanti ada program rehabilitasi juga. Ini harus jadi catatan kita. Ke depan pemerintah pusat dan daerah harus punya program untuk rehabilitasi," pungkas Dicky.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×