Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Jika masyarakat sudah terlanjur membuat bilik disinfektan, dia menyarankan untuk tidak lama-lama saat penyemprotannya. "Saran dari saya adalah pastikan bahwa kontak antara cairan disinfektan dengan permukaan tubuh sesingkat mungkin dan setelahnya dapat dibilas dengan air mengalir," kata dia.
Sementara itu untuk desain bilik disinfektannya sebaiknya diubah menjadi walk through chamber. Walk through chamber berbentuk seperti lorong uap, sehingga orang bisa didisinfeksi sambil berjalan melewatinya.
Dia menambahkan, sejauh pengamatannya di masyarakat atau di kantor, bilik disinfektan yang ada masih menggunakan sistem tertutup. Sehingga waktu kontak antara permukaan tubuh dan cairan disinfektannya juga agak lama.
Dikhawatirkan dengan sistem tersebut, ada sebagian kabut cairan disinfektan yang terhirup ke dalam sistem pernapasan. Sementara itu, pada sistem walk through chamber dibuat dengan memperhitungkan waktu kontak cairan disinfektan dengan jumlah langkah.
Baca Juga: Kematian massal akibat corona bisa terjadi di Indonesia, jika...
Lama waktu penyemprotan
Idealnya waktu kontak atau pemakaian untuk sistem walk through chamber ini maksimum 10 detik. Hal itu berdasarkan hasil uji laju antimikroba dari sodium hipoklorit yang dapat mematikan mikroba patogen dalam 10 detik.
Dia menyarankan untuk tidak terlalu sering menggunakan cairan disinfektan. Itu karena di tubuh manusia atau pun di permukaan tubuh terdapat mikroba-mikroba serta enzim-enzim baik yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. (Nur Fitriatus Shalihah)
Baca Juga: Alkohol langka, arak Bali akan dimanfaatkan jadi disinfektan dan hand sanitizer
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cairan Disinfektan: Penggunaan Bilik, Lama Penyemprotan hingga Bahayanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News