kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berat badan mudah naik-turun? Bisa jadi ini sebabnya


Senin, 23 September 2019 / 14:33 WIB
Berat badan mudah naik-turun? Bisa jadi ini sebabnya
ILUSTRASI. Berat Badan


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berat badan bisa fluktuatif alias naik-turun sepanjang hidup kita dan setiap harinya. Hal ini terlihat misalnya ketika kita menimbang badan, sudah girang karena kemarin berhasil turun, tapi dua hari kemudian naik lagi. Pada dasarnya hal itu adalah sesuatu yang normal. 

Direktur Program Manajemen Berat Badan di NYU Langone Health, Holly Lofton MD menjelaskan, berat badan cenderung naik-turun setiap harinya karena kita makan dan minum. 

Baca Juga: Jangan salah, mi instan bisa jadi makanan sehat jika diolah seperti ini

Misalnya, makanan tinggi garam bisa meningkatkan kandungan air dalam aliran darah sehingga berat badan kita bisa sedikit bertambah. 

Di satu sisi, kita buang air lebih jarang ketika banyak makan makanan tinggi garam, sehingga air tersebut terus tertahan dalam tubuh. Faktor lainnya yang mungkin menyebabkan berat badan naik-turun adalah aktivitas fisik. 

"Setiap kita bergerak, otot kita berkontraksi. Otot menggunakan karbohidrat dan air untuk berkontraksi dan hal itu bisa memicu pembengkakan sementara, yang bisa juga berdampak pada berat badan," kata Lofton. 

Jika naik-turun berat badan terjadi pada periode yang lebih lama, misalnya dalam waktu berbulan-bulan, maka bisa diasosiasikan kenaikan lemak tubuh. Hal ini tidak sama seperti retensi cairan seperti yang dialami dalam jangka waktu harian. 

Kenaikan berat badan tidak normal 
Jika berat badan naik-turun 1-2 kg itu masih normal. Namun jika sudah lebih dari 2,5 kg dalam waktu yang pendek maka bisa dikatakan tidak normal. 

Berat badan harian yang fluktuatif karena penyimpanan air dalam tubuh biasanya hanya berkisar 1-2 kg saja. Namun, pasien yang memiliki penyakit ginjal, hati atau jantung mungkin menahan air lebih banyak. 

Baca Juga: Begini cara bayar iuran BPJS Kesehatan dengan autodebet tanpa rekening

"Bahkan beberapa masalah hipofisis dapat mempengaruhi retensi air atau kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin. Dengan demikian, cairan yang tertahan akan lebih banyak," ujar Lofton. 

Kehamilan juga merupakan faktor lainnya yang menyebabkan retensi cairan meningkat. Selain itu, beberapa orang juga dapat mengalami pembengkakan pada kaki jika kebanyakan berdiri. 




TERBARU

[X]
×