kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Begini saran psikolog saat menjalani isolasi mandiri pada masa PPKM Darurat


Senin, 05 Juli 2021 / 09:50 WIB
Begini saran psikolog saat menjalani isolasi mandiri pada masa PPKM Darurat


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Covid-19 yang terus melonjak menunjukkan kondisi pandemi belum terkendali. Pemerintah pun menarik rem untuk membatasi mobilitas masyarakat lebih ketat dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang dilakukan pada 3 Juli - 20 Juli 2021.

Namun, menghadapi pandemi Covid-19 tak hanya menyangkut masalah kesehatan fisik saja. Kondisi kejiwaan atau psikologis pun menjadi faktor penting yang krusial dalam melalui masa pandemi. 

Terlebih ketika masa isolasi mandiri (isoman) atau saat pembatasan mobilitas yang mengharuskan masyarakat berada di rumah saja.

Psikolog Anastasia Sari Dewi berbagi cara untuk membantu menjaga kondisi kejiwaan di saat pandemi seperti saat ini. Pertama, harus tetap realistis untuk mencukupi semua kebutuhan fisik. Termasuk mengkonsumsi makanan dan minuman sehat yang dianjurkan oleh dokter atau jurnal kesehatan.

Protokol kesehatan (prokes) 5M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan serta membatasi mobilitas tetap diterapkan secara disiplin. 

Baca Juga: Simak tips menjaga kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai

"Semuanya dipenuhi dulu. Karena kalau secara fisik kita sudah yakin melakukan yang terbaik, pikiran juga akan jadi jauh lebih tenang," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (3/7) malam.

Kedua, pola tidur atau istirahat pun harus diperhatikan. Kecukupan ideal tidur harian tak berubah baik saat Work From Home (WFH) atau ketika aktivitas normal. Apalagi kecukupan tidur juga akan berpengaruh terhadap produksi hormon yang memicu stres.

"Istirahat harus tetap cukup, jangan sampai karena di rumah saja, jadi begadang terus. Pola hidup dan istirahat harus tetap teratur," ujar psikolog yang juga merupakan founder Anastasia & Associate-Psychology Services tersebut.

Ketiga, melakukan hobi atau mencoba hal-hal yang baru. Kegiatan ini diyakini bisa membuat pikiran menjadi lebih nyaman. Sebab melakukan aktivitas baru atau hal yang disenangi bisa mengalihkan kecemasan dan menurunkan tingkat stres.

"Bisa juga dengan bermeditasi, teknik nafas panjang, bisa dicoba 10 menit-15 menit sehari. Ini berpengaruh sangat bagus untuk mensinkronkan tubuh dan pikiran," kata dia. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×