Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Kini sebagian besar anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktu senggangnya dengan bermain komputer atau ponsel.
Bahkan, banyak yang bangun tidur langsung ingin bermain ponsel. Sebelum tidur pun, banyak yang menghabiskan waktu minimal setengah hingga sejam menyentuh gadget.
Memang ada banyak manfaat dari ponsel, tapi juga ada sisi negatifnya.
Livestrong.com melansir ada empat bahaya bagi anak-anak dan remaja yang kebanyakan bermain gawai.
1. Meningkatkan risiko obesitas
Ini karena anak menjadi kurang aktif secara fisik.
Berbeda dengan permainan anak-anak zaman dahulu seperti Tak Lari atau Adu Benteng yang menuntut kegesitan fisik, permainan di dawai hanya menuntut anak duduk, sedikit berpikir dan aktif memainkan jarinya.
Menurut Texas Heart Institute, anak yang obesitas cenderung tetap obesitas ketika dewasa.
Alhasil, risiko terkena penyakit berat seperti penyumbatan pembuluh darah, sakit jantung, stroke dan diabetes juga meningkat.
Dorong anak untuk meninggalkan dawainya selama minimal 30 menit sehari untuk melakukan permainan yang menuntut ketangkasan fisik.
2. Meningkatkan agresivitas
Anak dan remaja yang suka menonton tayangan kekerasan atau bermain game yang mencotohkan kekerasan dari TV, komputer atau ponsel, lebih berisiko melakukan tindak kekerasan.
Mereka cenderung suka melawan orang tua dan guru, berargumen keras dengan teman dan menyelesaikan masalah dengan cara agresif, menurut Palo Alto Medical Foundation.
3. Menganggu jam tidur
Gawai elektronik di kamar anak, dapat memberi pengaruh negatif terhadap waktu istirahat mereka.
Mengobrol berjam-jam lewat layanan chatting, melihat-lihat media sosial, menonton video, bermain game dan lain sebagainya hingga melewati waktu tidur yang sudah ditetapkan oleh orangtua, kata situs kesehatan dan parenting TeensHealth.org.
Lebih baik tidak menempatkan TV dan komputer di kamar tidur anak, sehingga Anda lebih bisa mengontrolnya dan minta anak mematikan ponsel menjelang waktu tidur tiba.
4. Lebih berisiko memiliki masalah mental
Menghabiskan terlalu banyak waktu bermain video game dapat meningkatkan kemungkinan depresi, kata Douglas A. Gentile, profesor psikologi Iowa State University yang meneliti hubungan antara video game dengan kasus-kasus depresi pada anak dan remaja.
Ketika anak punya masalah, pelarian termudah adalah dengan bermain video game.
Tanpa sadar, hal itu menimbulkan ketergantungan, menyebabkan mereka makin terisolasi dari kehidupan sosial dan akhirnya berujung depresi ketika mereka 'dipaksa' keadaan berhadapan dengan dunia nyata.
Selain itu, nilai-nilai pelajaran mereka juga cenderung memburuk. Ini karena mereka lebih memrioritaskan bermain dibanding belajar.
Penting bagi orangtua untuk mengawasi penggunaan gawai bagi anak-anaknya.
Gunakan fitur 'parenting control' di TV dan komputer dan beri batasan berapa jam dalam sehari anak boleh mengakses media sosial, chatting, menonton film dan bermain video game.
Dua jam sehari cukup bagi anak-anak atau maksimal tiga jam sehari bagi remaja.
Jangan lupa, sediakan juga waktu untuk anak mengobrol dan mengadu ke orangtua mengenai maslah-masalahnya, supaya anak tidak menganggap gawai adalah sahabat terbaiknya.
(Lily Turangan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News