kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak Dibatasi di Berbagai Negara, Benarkah BPA Bisa Memicu Kanker?


Senin, 29 Agustus 2022 / 17:23 WIB
Banyak Dibatasi di Berbagai Negara, Benarkah BPA Bisa Memicu Kanker?
ILUSTRASI. Ilustrasi kanker. REUTERS/Jo Yong-Hak (SOUTH KOREA - Tags: HEALTH SOCIETY)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peringatan tentang bahaya senyawa Bisphenol A (BPA) yang bisa luruh dari kemasan plastik keras polikarbonat mengemuka di seluruh dunia.  Mayoritas penggunaan air kemasan Indonesia masih menyandarkan kemasannya pada galon polikarbonat, yang terbuat dari polimer plastik ber-zat aditif BPA. BPA juga biasa digunakan dalam lapisan kaleng makanan untuk memperlambat korosi. Polikarbonat juga dipakai sebagai material berupa bahan atap dan penutup pagar.

Begitu tingginya kekhawatiran global pada senyawa BPA, 12 tahun lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) sampai mengundang 30 pakar dari Kanada, Eropa dan Amerika Serikat dalam sebuah forum panel di Ottawa, Kanada. Para pakar menelusuri berbagai penelitian tentang dampak BPA terhadap kesehatan.

“Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dalam kadar yang rendah sekalipun, BPA bisa memberikan efek negatif bagi kesehatan. Di antaranya dapat memicu kanker payudara, obesitas, pubertas dini, impotensi dan gangguan kesehatan lainnya,” tulis WHO dalam laporannya. 

Kanada adalah negara pertama yang menyatakan BPA sebagai senyawa beracun.

Baca Juga: Mengenal Varises dari Gejala hingga Terapi untuk Menyembuhkan Varises

Bila dibandingkan banyak negara lain di Amerika dan Eropa, Kanada adalah yang paling serius memberi perhatian terhadap isu BPA. Bahkan lebih maju lagi, sejak  2008, Kanada sudah melarang penggunaan senyawa BPA. 

"BPA bisa menyerupai hormon estrogen. Sangat dicurigai dapat memicu kanker payudara," kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Aru Wisaksono Sudoyo dalam keterangannya, Senin (29/8).

Kalangan ahli sepakat menilai paparan hormon estrogen yang berlebihan bisa menjadi salah satu pemicu kanker payudara. Dengan demikian, setiap zat yang membuat hormon estrogen diproduksi secara masif dan berlebihan, termasuk senyawa BPA, diduga kuat dapat memicu kemunculan sel kanker.

“BPA sendiri kerap dikaitkan dengan zat karsinogen yang juga cukup berpengaruh pada timbulnya sel kanker,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialisasi hematologi dan onkologi medik di RSCM itu. 

Ia memberi contoh perubahan temperatur yang bisa menyebabkan kontaminasi pada makanan dan minuman berkemasan BPA.

Sementara itu, selain melakukan survei sendiri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI juga mempertimbangkan kencangnya regulasi BPA di luar negeri.  

Beberapa negara maju yang dijadikan tolok ukur antara lain Brazil, Prancis, Kanada, dan negara bagian Vermont dan Distrik Columbia di Amerika Serikat (AS), yang sudah melarang penggunaan BPA pada kemasan pangan. Negara bagian California di AS juga sudah mengatur pencantuman peringatan label bahaya BPA pada kemasan produk pangan olahan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×