Sumber: Kompas TV | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Hal ini sesuai riset American Heart Association pada 2002 di mana asupan glukosa atau gula yang tinggi dapat menambah risiko penyakit arteri koroner di jantung.
Masyarakat sebenarnya dapat sedikit mengurangi bahaya kesehatan dari memakan mi instan bersama nasi.
Ari Fahrial menjelaskan, masyarakat bisa tetap mengonsumsi mie instan sebagai lauk nasi asal mengatur porsi makan agar asupan kalori yang masuk ke tubuh tak berlebihan.
Untuk mengatur kebutuhan kalori sehari-hari, angka kecukupan gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat menjadi panduan.
AKG dari Kemenkes itu menyebut rata-rata kebutuhan setiap warga Indonesia ada di angka 2.100 kilo kalori per hari.
Akan tetapi, kebutuhan kalori ini dapat bervariasi pada orang berbeda sesuai faktor usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, hingga tingkat aktivitas fisik.
Baca Juga: Heboh bumbu Indomie Goreng di Pulau Jawa dan Sumatra beda, ini penjelasan Indofood
Itu artinya, masyarakat perlu menjaga asupan kalori dan rajin melakukan olahraga. Meski begitu, ada catatan tersendiri terkait mi instan.
Para pakar kesehatan tidak menganjurkan makan mi instan setiap hari karena kandungan garam atau sodium yang sangat tinggi.
Kandungan garam pada mi instan ini dapat meningkatkan risiko darah tinggi (hipertensi), kanker perut, penyakit jantung, dan stroke.
Baca Juga: PPKM diperpanjang hingga 6 September 2021, catat penyesuaian aturan terbarunya!
Apalagi, mi instan juga tak memiliki banyak kandungan gizi, seperti protein, kalsium, serat, magneisum, vitamin A, vitamin C, vitamin B12, dan kalium.
Sebab itu, sebaiknya mengurangi konsumsi mi instan dan menggantinya dengan makanan bergizi lainnya untuk menghindari bahaya pada kesehatan.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.tv, berjudul: Suka Makan Mi Instan Bareng Nasi? Dokter Peringatkan Bisa Picu Penyakit Ini
Penulis : Ahmad Zuhad
Editor : Desy Afrianti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News