kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Awas, sering emosi dan agresif di jalan bisa memicu serangan jantung


Rabu, 19 Februari 2020 / 14:55 WIB
Awas, sering emosi dan agresif di jalan bisa memicu serangan jantung
ILUSTRASI. Ilustrasi sakit jantung. Serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak terkecuali ketika tengah berkendara. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak terkecuali ketika tengah berkendara. Pengetahuan yang minim akan serangan jantung bisa membuat kematian mendadak pada penderitanya. 

Salah satu kasus serangan jantung pernah terjadi, adalah ketika seseorang tengah mengemudi. Kondisi ini paling berbahaya, karena tidak hanya penderita penyakit jantung saja yang bisa kehilangan nyawa, tetapi orang-orang yang berada di sekitar bisa terimbas. 

Baca Juga: BPJS Kesehatan yakin tunggakan ke rumah sakit bisa lunas tahun ini

Bayangkan, laju mobil yang dalam kecepatan tinggi bisa hilang kendali dan menabrak apa saja di depannya. Menurut Dr. Antonia Lukito SpJp, ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab serangan jantung. 

"Pertama adalah faktor risiko, yaitu darah tinggi, kolesterol, kencing manis, keturunan dan lainnya. Kedua faktor pemicu, ini bukan sebagai penyebab serangan jantung. Faktor pemicu hanya kondisi yang memicu apa yang sudah ada sebelumnya, contoh aktifitas fisik berat, kondisi lelah atau emosi," ujar Antonia kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (18/02). 

Kebanyakan masyarakat saat ini memang tidak mengetahui atau kurang menyadari akan kondisi kesehatannya, sehingga ketika ada pemicu maka bisa terjadi serangan jantung yang bisa berakibat fatal. 

Antonia mengatakan, 65% dari laki-laki mengalami gejala serangan jantung yang mendadak, sedangkan 35% masih mengalami gejala terlebih dahulu sehingga masih bisa ditolong. 

Baca Juga: Pemerintah kaji cukai ke minuman berpemanis, berikut rincian usulannya

Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant turut angkat bicara, ia memberikan beberapa tips untuk mengurangi risiko terjadi serangan jantung ketika mengemudi. 

“Istirahat sangat penting untuk menjaga stamina dalam beraktivitas. Sebuah mesin saja jika tidak pernah dimatikan pasti akan cepat rusak, apalagi tubuh manusia yang harus fokus mengemudikan sebuah mesin atau kendaraan,” ujar Sony kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (18/02) .



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×