kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apa Itu Stunting? Ini Cara Pencegahan Stunting Menurut Kemenkes


Kamis, 26 Januari 2023 / 10:39 WIB
Apa Itu Stunting? Ini Cara Pencegahan Stunting Menurut Kemenkes
ILUSTRASI. Stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/rwa.


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. 

Hal ini adalah penjelasan stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).Seorang anak didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, di bawah ketetapan Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Nah, stunting masih menjadi masalah kesehatan serius yang di hadapi Indonesia. Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. 

Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.

Lantas, apa penyebab stunting dan bagaimana cara pencegahan stunting? 

Baca Juga: Angka Stunting Indonesia di Tahun 2022 Turun ke Level 21,6%

Penyebab stunting

Stunting adalah gizi buruk

Ada berbagai faktor penyebab stunting. Salah satu faktor penyebab stunting adalah kurangnya asupan penting seperti protein hewani, nabati, dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran. 

Hal ini berdampak pada bayi lahir dengan gizi yang kurang sehingga anak menjadi stunting. Penyebab stunting tersebut dikemukakan oleh Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin. 

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kementerian Kesehatan mengkampanyekan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah 2 tahun.

“Setelah bayi berusia 6 bulan harus rajin melakukan pengukuran, karena Selain ASI eksklusif juga ada makanan tambahan, kalau kurang protein hewani anaknya bisa stunting. Protein hewani ini seperti susu, telur, ikan dan ayam,” kata Menkes di Jakarta, Rabu (25/1).

Baca Juga: Begini Penjelasan Dekan FEB UI Cukai Rokok Bisa Cegah Stunting

Dampak Stunting pada Anak

Stunting adalah gizi buruk

Dirangkum dari laman Kementerian Keuangan, dampak stunting ada dua yakni dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek.

Dampak stunting jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh.

Sedangkan untuk dampak stunting jangka panjang yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah.

Baca Juga: Protein Hewani Efektif Cegah Anak Alami Stunting

Selain itu, beberapa dampak stunting antara lain: 

  • Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
  • Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal.
  • Anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
  • Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
  • Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
  • Stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup. 
  • Kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
  • Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap perkembangan sangat merugikan performa anak. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali.
  • Penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan menghambat prestasi belajar serta produktivitas menurun sebesar 20-30%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation. Artinya anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lainnya.

Baca Juga: HGN 63: Protein Hewani Cegah Stunting

Cara pencegahan stunting menurut Kemenkes 

Stunting adalah gizi buruk

Menkes Budi G. Sadikin juga menekankan cara pencegahan stunting yang efektif adalah pentingnya pemberian protein hewani pada anak. Cara tersebut efektif mencegah stunting pada anak karena protein hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral, dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll). 

Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

Baca Juga: 23% Penyumbang Stunting dari Bayi Dalam Kandungan, Pentingnya Gizi Ibu Hamil

Ia pun berharap peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 tahun 2023 yang mengusung tema “Protein Hewani Cegah Stunting” dengan slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani” menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan upaya pencegahan stunting melalui pemenuhan gizi seimbang pada anak.

“Tidak hanya memberikan protein hewani pada anak, berat dan tinggi badan anak juga harus dipantau secara berkala di Posyandu. Ini penting untuk melihat keberhasilan intervensi sekaligus upaya deteksi dini masalah kesehatan gizi sehingga tidak terlambat ditangani,” terang Menkes.

Baca Juga: Kini Timbang Bayi di Posyandu Gunakan Antropometri

Selain itu, berikut ini beberapa cara pencegahan stunting:

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. 

Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. 

Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.   

2. Beri Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. 

Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan. 

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendaping Air Susu Ibu (MPASI) sehat

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. 

WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

4. Terus memantau tumbuh kembang anak

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan

Anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.

Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Demikian penjelasan apa itu stunting dan cara pencegahan stunting pada anak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×