kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Angka perokok masih tinggi, pemerintah disarankan ubah strategi komunikasi publik


Minggu, 24 Oktober 2021 / 22:53 WIB
Angka perokok masih tinggi, pemerintah disarankan ubah strategi komunikasi publik
ILUSTRASI. Sejumlah pengunjung merokok di ruangan merokok (smoking room) salah satu pusat perbelanjaan


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi pemerintah dalam mengurangi prevalensi merokok di Indonesia perlu dievaluasi karena hingga saat ini jumlah perokok tak juga mengalami penurunan yang signifikan.

Pemerintah disarankan untuk menerapkan strategi komunikasi tersegmentasi yang efektif dan memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif sebagai solusi.

Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Profesor Kholil, yang menjadi pembicara dalam 6th Global Public Health 2021, menyampaikan pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai cara demi menurunkan angka perokok yang telah mencapai 65 juta jiwa.

Salah satu caranya dengan menerapkan kebijakan gambar peringatan kesehatan (graphic health warning) pada bungkus rokok. Namun, diperlukan komunikasi yang lebih komprehensif dan tersegmentasi untuk menyampaikan mengenai bahaya merokok berikut solusinya.

“Dari perspektif komunikasi, kami melihat ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Dari anak SD sampai seseorang yang pendidikan S3 atau profesor, narasinya masih sama melalui gambar-gambar yang menakutkan,” ujar Kholil seperti dikutip, Minggu (24/10/2021).

Baca Juga: Begini tanggapan Gappri soal tarif cukai rokok yang berpotensi naik 25% tahun depan

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap 930 responden yang melibatkan sejumlah akademisi, dokter, tenaga kerja kesehatan, perokok dan pengguna produk tembakau alternatif, Kholil menjelaskan pemerintah seharusnya menerapkan strategi komunikasi komprehensif yang ditujukan untuk sosialisasi.

“Itu harus berbeda-beda, mulai dari komunikator hingga cara penyampaian pesan. Jadi komunikasi berdasarkan kondisi objektif yang dihadapi,” ungkapnya.

Pemerintah bisa berkolaborasi dengan figur publik dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya merokok.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×