Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Di Amerika Serikat, salah satu merek dari produk tembakau yang dipanaskan terlebih dahulu dikaji selama dua tahun oleh U.S. Food and Drug Administration (U.S. FDA). Setelah hasilnya menunjukkan produk tersebut sesuai untuk perlindungan kesehatan masyarakat, U.S. FDA mengizinkan perangkat tersebut dijual di negara tersebut.
“Jika hanya didasarkan konsentrasi bahan kimia berbahayanya, produk tembakau yang dipanaskan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok. Namun, kajian ilmiah yang komprehensif mengenai produk tersebut masih harus dikembangkan, khususya di Indonesia. Lebih baik lagi jika dilengkapi dengan penelitian yang bersifat population based,” terang Sho’im.
Baca Juga: Mantan Kapolsek Kebayoran Baru ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan narkoba
Dalam kaidah toksikologi, Sho’im menambahkan, seluruh bahan kimia, termasuk asap rokok, makanan, minuman, dan lainnya, hakikatnya adalah racun. “Hanya dosis yang dapat membedakan apakah bahan kimia tersebut berperan sebagai racun atau sebagai obat jika masuk ke dalam tubuh,” pungkasnya.
Lantaran memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah, Sho’im mengatakan, Selandia Baru memanfaatkan rokok elektrik untuk mewujudkan program “New Zealand Smokefree 2025.”
“Selandia Baru berani mengambil keputusan tersebut karena sudah melakukan kajian ilmiah dan diperkuat dengan regulasi yang ketat. Indonesia dapat belajar dari Selandia Baru,” katanya.
Baca Juga: Harga jual vape naik tahun depan, begini respons pelaku usaha
Kuatnya dukungan Selandia Baru terhadap rokok elektrik ditunjukkan dengan diizinkannya produk tersebut dijual di seluruh apotek di negara tersebut.
“Selandia Baru sudah selangkah di depan menggunakan produk tembakau alternatif untuk mengatasi masalah rokok di negaranya, sementara Indonesia masih berkutat dengan pro dan kontra. Bapak Menkes harus segera melakukan gebrakan nyata dengan melakukan kajian ilmiah yang komprehensif dengan menggandeng semua pemangku kepentingan untuk hasil yang menyeluruh,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News