Reporter: kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Sebagian kasus infeksi virus corona disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap virus corona, sehingga menyerang jaringan dan sel yang sehat. Hal itu dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada paru-paru serta organ lainnya.
Tim Pemburu Covid-19 akan menelusuri warga yang kontak erat dengan pasien Covid-19 berdasarkan laporan warga dan data Covid-19. Para dokter menggunakan obat yang disebut kortikosteroid (termasuk deksametason) untuk membantu meredakan respon tubuh yang berlebihan.
Deksametason adalah obat-obatan yang sudah ada sejak lama. Penggunaan deksametason untuk mengobati infeksi virus corona berawal dari keberhasilan uji coba yang dilakukan para peneliti di Inggris.
Deksametason dikonsumsi langsung ke mulut atau diberikan melalui infus kepada pasien, biasanya juga disertai remdesivir. Sebagian dokter menyebut ada penurunan angka kematian pada pasien yang diberikan obat ini. Namun, Venkateshaiah menyebut, dosis deksametason harus diperhatikan karena jika berlebihan bisa meningkatkan risiko infeksi bakteri atau jamur.
Baca juga: Jepang aktivkan lagi rencana pasang sistem anti-rudal di kapal perang, ini alasannya
4. Antibodi monoklonal
Pengobatan infeksi virus corona terbaru yang diberikan otorisasi penggunaan darurat FDA berbeda dari ketiga jenis cara yang sudah disebutkan di atas. Pasien diberikan infus IV atau injeksi intravena (metode pemberian obat langsung ke pembuluh vena) agar seseorang dengan virus corona tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Antibodi monoklonal menggunakan protein buatan laboratorium yang meniru antibodi untuk mengurangi jumlah virus corona di dalam tubuh seseorang sebelum mencapai tingkat parah dan membawanya ke rumah sakit. Antibodi monoklonal disetujui untuk pasien yang menderita infeksi virus corona dan berisiko mengalami komplikasi, seperti orang berusia di atas 65 tahun dan orang dengan penyakit bawaan seperti diabetes, ginjal kronis, dan obesitas.
"Dalam studi ditemukan, dengan penggunaan awal obat ini, ada sedikit pasien yang mampu menghindari perburukan. Risiko rawat inap lebih rendah dibanding dengan yang tidak diberi obat ini," kata Venkateshaiah.
Berbagai uji klinis sedang berlangsung. Lalu, apakah akan ada pengobatan virus corona yang lebih efektif nantinya?
Venkateshaiah mengatakan sepertinya dalam waktu dekat belum ada obat baru yang disetujui. Sebaliknya, ia menambahkan, pencegahan adalah bentuk pengobatan terbaik. Pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengakhiri pandemi berfokus pada tindakan pencegahan seperti menjaga jarak fisik, memakai masker, dan vaksin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Adakah Pengobatan yang Ampuh untuk Covid-19?",
Penulis : Gading Perkasa
Editor : Lusia Kus Anna
Selanjutnya: Cara menyembuhkan kemampuan indra penciuman yang hilang akibat corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News