Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Salah satu penyakit yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia adalah penuakit kusta.
Kasus penyakit kusta di Indonesia tahun 2024 hingga 2025 yang saat ini mencapai 12.798 orang. 2.172 Kasus penyakit kusta ditemukan di Jawa Timur dan merupakan yang terbanyak.
Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mengatakan, penularan penyakit kusta hampir mirip seperti penyakit TBC atau tuberkulosis, yang bisa ditularkan melalui cairan ludah saat batuk atau bersin.
Baca Juga: Industri Pariwisata Terus Bertumbuh, Klook Menggaet Pendanaan US$ 100 Juta
Bedanya kedua penyakit ini adalah penyakit TBC lebih banyak menyerang organ paru manusia, walaupun beberapa kasus juga bisa menyerang organ lain seperti tulang belakang, kelenjar getah bening dan selaput otak.
“Penyakit kusta disebabkan oleh mycobakterium leprae yang menyerang saraf tepi, sehingga gejala awal yang sering dialami ketika seseorang terinfeksi, akan merasa kehilangan sensasi atau mati rasa pada daerah tubuh tertentu, selain itu juga bisa muncul bercak merah atau putih pada kulit yang tidak sembuh dengan obat salep biasa,”ujar Firman, dikutip dari situs UM Surabaya.
Cara mendeteksi penyakit kusta
Menurut Firman, untuk memudahkan deteksi dini pada penyakit ini, WHO membagi menjadi dua tipe yaitu tipe pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB).
Tipe PB merupakan jenis penyakit kusta yang lebih ringan, ditandai oleh bercak putih atau kemerahan berjumlah 1 hingga 5 dan atau adanya 1 gangguan saraf.
Sedangkan tipe MB ditandai dengan jumlah bercak atau gangguan pada saraf lebih dari 5 lokasi yang berbeda.
“Bila muncul gejala tersebut sebaiknya harus segera periksa ke puskesmas atau rumah sakit, untuk dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, agar mendapat pengobatan segera, dan infeksi mycobakterium leprae dapat dicegah dan diobati, sehingga tidak sampai menyebar ke anggota tubuh lainnya yang bisa menyebabkan kecacatan hingga kematian,”imbuhnya lagi.
Baca Juga: Detoks Tubuh dengan Air Murni, Cara sederhana Menjaga Kesehatan
Firman menjelaskan, dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa, kecacatan terbanyak terjadi pada tangan (26,6%), diikuti dengan kaki (22,9%), dan mata (2,5%).
“Hal ini disebabkan karena penderita tidak mengetahui sejak awal bahwa dirinya mengalami penyakit kusta sehingga terlambat mendapatkan pengobatan. Dan yang sering terjadi pada kasus ini adalah kusta jenis PB (pausibasiler),”imbuhnya.
Lebih lanjut Firman menjelaskan, penyakit kusta bisa sembuh dengan baik tanpa menimbulkan kecacatan, bila seorang pasien tidak menunda melakukan pengobatan MDT (Multi Drug Therapy) secara teratur 6 sampai 12 bulan.
“Untuk itu jika mengalami gejala di atas segera periksa, dan jika positif terinfeksi selanjutnya patuhi saran tenaga kesehatan untuk melakukan pengobatan.”katanya.
Penyakit kusta menjadi endemik di negara tropis dan hampir mencapai setengah abad, sejak kasus pertama kali ditemukan di Brazil pada tahun 1600 M.
Karena itu yang paling krusial Indonesia sebagai salah satu negara tropis adalah, melakukan preventif atau pencegahan penularan penyakit.
Tonton: IHSG Anjlok Lima Hari, Total Net Sell Rp 4,73 T, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Cara mencegah penularan penyakit kusta
Menurut Firman, masyarakat harus memiliki pengetahuan mendasar, mengenai bagaimana bakteri ini menular dan bagaimana cara pencegahannya sampai bisa melakukan skrining cara mandiri.
Pertama, harus disadari bahwa bakteri penyebab penyakit kusta mycobakterium leprae, ditularkan melaui percikan droplet oleh orang yang menderita penyakit kusta.
Sehingga wajib menggunakan masker bagi si penderita, agar tidak menularkan pada orang lain, atau sebaliknya jika kontak dengan orang dicurigai penderita penyakit kusta, sebaiknya gunakan masker.
Kedua, lakukan etika batuk dengan benar, yaitu dengan cara menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, kemudian cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Tangan adalah bagian tubuh yang paling sering bersentuhan, sehingga berisiko terpapar bakteri, kuman atau virus. Sehingga rajin melakukan cuci tangan dengan benar, bisa mencegah dari penyakit ini.
Ketiga, bila ada salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kusta, maka anggota keluarga lainnya harus ikut mendampingi dan mensuport.
“Jangan menstigma yang bisa membuat pasien kehilangan semangat untuk rutin minum obat. Sebab jika minum obat teratur, penyakit akan sembuh dan bakteri bisa ditekan sehingga tidak menular pada orang lain,”tegasnya.
Terkahir lakukan skrining mandiri sedini mungkin, dengan cara memantau kondisi kesehatan, jika menemukan atau merasakan tanda dan gejala serupa yang disebutkan di atas, maka segera periksa jangan ditunda agar penyakit segera diatasi sehingga terhindar dari kecacatan akibat penyakit kusta.
Selanjutnya: Cek Jadwal Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadan 2025 dan Perkiraan Awal Puasa
Menarik Dibaca: Hujan Intensitas Sedang di Daerah Ini, Simak Ramalan Cuaca Besok (13/2) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News