Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nyeri dan kaku pada sendi bahu sering kali dianggap sepele oleh masyarakat.
Padahal, jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, masalah ini dapat berkembang menjadi kondisi kronis yang menyebabkan kerusakan permanen dan menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan bahu dan siku dari RS Premier Bintaro Jefri Sukmawan menjelaskan, keluhan paling umum yang dirasakan pasien dengan gangguan bahu adalah nyeri, kaku, kelemahan pada lengan, serta rasa tidak stabil.
"Nyeri adalah keluhan paling sering. Tapi ada juga keluhan seperti kaku karena frozen shoulder, kelonggaran sendi atau shoulder looseness, sampai robekan pada otot rotator cuff yang membuat lengan terasa lemah," ujar Jefri dalam Media Gathering RS Premier Bintaro, Kamis (15/5).
Menurutnya, bahu adalah sendi yang sangat kompleks, terdiri dari empat sendi utama yang memungkinkan berbagai gerakan, mulai dari mengangkat lengan ke atas, memutar, hingga menyilang ke depan. Namun, fleksibilitas tinggi inilah yang membuatnya lebih rentan terhadap cedera dan gangguan.
Baca Juga: Bahu Terasa Nyeri Seperti Terbakar? Ini Kemungkinan Penyebabnya
"Justru karena sangat fleksibel, sendi bahu itu tidak stabil secara alami. Jadi, kalau ada sedikit saja gangguan pada jaringan penyangganya, fungsinya langsung terganggu," jelasnya.
Berbagai kondisi medis dapat menyerang bahu. Salah satu yang paling sering adalah frozen shoulder atau adhesive capsulitis, yakni kondisi di mana jaringan di sekitar sendi menjadi kaku dan menebal sehingga membatasi pergerakan dan menyebabkan nyeri yang berlangsung lama.
Ada juga sindrom impingement, robekan otot dan tendon rotator cuff, peradangan tendon seperti bicep tendinitis, dan penumpukan kalsium di jaringan lunak (calcific tendinitis).
Tak jarang pula ditemukan ketidakstabilan sendi akibat dislokasi berulang hingga akhirnya berkembang menjadi osteoartritis bahu.
"Kadang pasien datang dengan keluhan berat, tapi hasil rontgen terlihat normal. Itu karena banyak gangguan bahu berasal dari jaringan lunak, bukan tulang," kata Jefri.
Baca Juga: Brawijaya Hospital Depok Luncurkan Klinik Nyeri & Trauma Center
Untuk memastikan diagnosis yang tepat, ia menekankan pentingnya pemeriksaan pencitraan lanjutan seperti MRI, USG, atau CT scan.
"Kalau hanya mengandalkan X-ray, kita hanya bisa melihat struktur tulang. Padahal yang sering bermasalah itu jaringan lunaknya, seperti tendon, otot, atau kapsul sendi," ungkapnya.
Pemeriksaan dengan USG bisa menjadi pilihan awal karena lebih terjangkau dan cepat, namun MRI tetap menjadi standar emas untuk menilai kerusakan struktur jaringan lunak secara lebih detail. Sementara CT scan biasanya dibutuhkan saat ada kecurigaan fraktur atau kerusakan tulang spesifik.
Dalam hal penanganan, Jefri menjelaskan, sebagian besar kasus gangguan bahu dapat ditangani tanpa operasi.
"Kita selalu mulai dengan pendekatan konservatif dulu. Bisa dengan fisioterapi, injeksi, obat antiinflamasi, dan modifikasi aktivitas. Tapi, kalau sudah ada kerusakan struktural yang cukup berat, misalnya, robekan tendon besar atau dislokasi berulang, maka tindakan operatif jadi pilihan terbaik," katanya.
Baca Juga: Asam Urat Bisa Menyerang Pergelangan Tangan, Jangan Anggap Remeh Gejalanya
Ia menambahkan, kini tindakan operasi tidak lagi harus menakutkan karena banyak prosedur bisa dilakukan secara minimal invasif menggunakan teknik arthroscopy.
"Dengan arthroscopy, kita hanya perlu sayatan kecil, risiko infeksi lebih rendah, dan pasien bisa pulih lebih cepat. Jadi tidak perlu ke luar negeri, di sini sudah tersedia teknologi dan keahlian yang mumpuni," ujarnya meyakinkan.
Selain praktik klinis, Jefri juga aktif memberikan edukasi kepada masyarakat. Ia memperkenalkan platform digital ShoulderSpot.id, yang menyediakan informasi ilmiah seputar kesehatan bahu dengan bahasa yang mudah dipahami.
"Banyak pasien mencari informasi di media sosial, tapi tidak semua sumber itu benar. Kami bangun ShoulderSpot.id agar masyarakat bisa belajar tentang gangguan bahu dari sumber yang valid dan kredibel," katanya.
Ia berharap, dengan adanya edukasi yang tepat, masyarakat bisa lebih waspada terhadap keluhan bahu sejak dini, dan tidak menunggu sampai kondisi menjadi kronis atau mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selanjutnya: Mahfud MD Nilai Wajar Publik Mengkhawatirkan TNI Jaga Kejaksaan
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart Weekend 16-19 Mei, Aneka Sosis Kanzler Diskon sampai Rp 23.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News