Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus penularan virus Covid-19 di Indonesia masih berlanjut. Berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) per 11 April 2021, Indonesia menempati urutan pertama dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara mencapai 1.566.995 kasus.
Dari total tersebut, jumlah kasus yang meninggal mencapai 42.530 jiwa dan sembuh 1.414.507 orang. Namun tingginya angka kesembuhan masih menyisakan kekhawatiran bagi para “alumni Covid-19” yaitu gejala Covid-19 lebih lama dari biasanya atau disebut Long Covid, terlebih bagi yang memiliki penyakit kronis.
Baca Juga: Hore! 97.715 tenaga kesehatan segera terima insentif
Dr. Edward Suryajaya, Medical Consultant Lifepack.id mengungkapkan, mantan penderita Covid-19 yang memiliki penyakit kronis tetap memerlukan pengobatan rutin, agar kondisi penyakitnya tidak memunculkan komplikasi ke organ yang lain. Terlebih adanya Long Covid, di mana pasien yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 masih mengeluhkan gejala setelah dinyatakan sembuh.
"Jadi, bagi penderita penyakit kronis diperlukan kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menjaga kepatuhan pengobatannya. Karena mayoritas penderita Covid-19 dapat mengalami Long Covid,” kata dia, dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Senin (12/4).
Berdasarkan hasil survei kepada 463 pasien yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Persahabatan, dalam rentang Desember 2020 hingga Januari 2021, ditemukan terdapat 63,5% pasien di antaranya mengalami Long Covid dengan menimbulkan berbagai macam gejala.
Gejala Long Covid mirip dengan penderita Covid-19 pada umumnya seperti kelelahan, sesak nafas, batuk, nyeri sendi dan otot, dada berdebar, nyeri dada, gangguan indera penciuman, demam, susah tidur, dan sakit kepala.
Adapun tambahan pada masalah psikologis, seperti sulit berkonsentrasi, cemas dan depresi. Selain itu, keluhan-keluhan lainnya yang saat ini masih dalam kajian di beberapa jurnal kesehatan.
Dari sisi keilmuan, virus Covid-19 masih tergolong "baru" dan masih terus bermutasi. "Maka dari itu, tetap patuhi protokol kesehatan, dan jika diperlukan konsultasi ke dokter bila ada keluhan.” ujar Edward.
Selain mematuhi protokol kesehatan secara umum, kata dia, perlu diperhatikan asupan makanan yang tepat serta berolahraga secara teratur. Diet sehat, makan-makanan yang bergizi dan makan teratur dengan konsumsi sayur dan buah. Lalu diselingi olahraga ringan setidaknya 15 menit setiap hari, dan berjemur antara jam 7-9 pagi.
"Selain itu, bagi penderita penyakit kronis harus rutin mengonsumsi obat dan selalu dalam pengawasan dokter,” tutur Edward.
Baca Juga: Dari sisi medis, vaksinasi Covid-19 aman dilakukan saat puasa
Bagi penderita penyakit kronis, kepatuhan pengobatan harus selalu diperhatikan, karena jika lalai dalam pengobatan dapat menyebabkan resiko penyakit bertambah parah. Sebagai contoh, menurut Edward, pada penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, jika tensinya tidak terkontrol dapat mengakibatkan risiko cerebrovascular seperti stroke dan serangan jantung.
Atau jika memiliki penyakit diabetes melitus, jika kadar gula tidak terkontrol, dapat terjadi gangguan pada ginjal dan mata. "Untuk itu, perlu tekad kuat dari pasien maupun keluarga pasien untuk memperbaiki gaya hidup agar lebih sehat, dan yang terpenting adalah kepatuhan dalam mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter.” ungkap Edward.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News