kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada bahaya diabetes di balik jajanan kekinian


Kamis, 14 November 2019 / 08:58 WIB
Waspada bahaya diabetes di balik jajanan kekinian
ILUSTRASI. Pedagang merapikan produk jus kemasan yang dijualnya di agen grosir di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/7). Saat ini banyak jajanan yang justru minim zat gizi dan tinggi kalori.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Diabetes adalah penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi masalah kesehatan serius dan mampu menggerus harapan hidup. Diabetes bisa diibaratkan induk dari segala penyakit degeneratif seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, hingga disfungsi ereksi.

Dokter spesialis gizi klinik di RSCM, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K) menjelaskan, makanan yang masuk ke dalam tubuh seharusnya diubah menjadi glukosa dan kemudian masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi. Namun, pada penyandang diabetes kemampuan memasukkan memasukkan gula ke dalam sel menurun.

Akibatnya, gula menumpuk di pembuluh darah, membuat seseorang merasakan sejumlah gejala seperti mudah lelah dan lemas, karena insulin tidak bekerja dengan baik. Diabetes bisa dicegah melalui berbagai cara, seperti mengatur pola makan dan olahraga.

Baca Juga: Makan buah di malam hari bisa bikin gemuk?

"Dulu kita melihat diabetes sebagai faktor turunan. Ternyata tidak. Diabetes juga dipengaruhi lingkungan, bagaimana pola makan, termasuk apakah makanan kita tinggi karbohidrat atau tidak," kata Fiastuti, Rabu (13/11).

Sayangnya, tambah Fiastuti, saat ini banyak jajanan yang justru minim zat gizi dan tinggi kalori. Beberapa jajanan menurutnya hanya berisi tepung, gula, dan lemak. Contohnya, minuman kekinian seperti bubble drink atau minuman kemasan.

"Sekarang susah mencari minuman tidak manis. Harus minta less sugar atau no sugar. Apalagi minuman sachet, termasuk kopi sachet, soft drink, teh yang di kotak dan botol. Isinya gula, rasa hanya flavor," imbuh Fiastuti.

Baca Juga: Ini manfaat dari mengonsumsi satu alpukat setiap hari untuk menjaga kesehatan

Saat ini, banyak pula minuman kekinian yang mengganti gula putih menjadi jenis gula lainnya, misalnya gula aren, karena diklaim lebih sehat. Padahal, menurut Fiastuti, semua gula sebetulnya sama-sama menyebabkan lonjakan kadar gula darah. "Mau gula putih, gula aren, gula tebu, gula merah, bahkan madu pun sebetulnya gulanya sama, hanya saja madu mengandung mineral," kata dia.

Bukan berarti kita sama sekali tak diperbolehkan mengonsumsi gula. Kementerian Kesehatan mengeluarkan rekomendasi konsumsi gula, garam, dan lemak. Untuk konsumsi gula dibatasi 50 gram (empat sendok makan) per hari, garam lima gram (satu sendok teh) per hari, dan lemak 67 gram (lima sendok makan) per hari. "Sedangkan sekaleng soft drink 375 cc itu pun gulanya sudah lebih dari batas," kata Fiastuti.

Untuk itu, penting untuk memerhatikan asupan makan dan minum, memilih makanan bergizi dengan porsi yang tepat serta menyeimbangkan aktivitas fisik. "Kalau lifestyle tidak bagus, kita makan sesuka hati, tidak melakukan aktivitas fisik, gemuk, lemak kita banyak, itu adalah faktor risiko timbulnya diabetes," pungkas dia. (Nabilla Tashandra)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Waspada Bahaya Diabetes di Balik Jajanan Kekinian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×