Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perguruan tinggi diminta berperan aktif dalam memberikan masukan berdasarkan kajian dan penelitian untuk mempercepat penurunan stunting di Indonesia. Pasalnya, kondisi gagal tumbuh pada generasi muda atau stunting, akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Kementerian Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam seminar bertema “Menuju Indonesia Sehat, Cerdas, dan Bebas Stunting” di kampus IPMI International Business School, Jakarta, dalam rilis yang diterima Senin, 22 Mei 2023.
Dante menyadari meski angka stunting sudah menurun dari 24% menjadi 21,6%, namun masih belum memenuhi target capaian tahun 2024 yaitu 14%.
"Perlu ada intervensi spesifik yaitu remaja sebelum memasuki jenjang pernikahan, ibu hamil, dan setelah melahirkan melalui pemberian ASI, makanan pendamping ASI yang tepat, serta melalui upaya imunisasi," ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Berharap Masyarakat Indoensia Sehat, Cerdas, dan Sejahtera di 2024
Rektor IPMI Aman Wirakartakusumah mengatakan, IPMI akan berperan aktif menjadi agen perubahan dalam merealisasikan pembangunan keluarga sebagai upaya menekan angka stunting di Indonesia.
“Saya melihat bahwa satu hal yang harus terus kita pacu adalah pergerakan, yakni melalui penyuluhan maupun pendampingan terhadap remaja sebagai calon pembentuk generasi selanjutnya mengenai bagaimana merencanakan sebuah keluarga yang ideal," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Utama Demi Kita Dinar Pandan Sari menyampaikan tentang hambatan dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia.
“Kita berdiri di atas bom waktu. Ada sekian juta pernikahan dan kelahiran bayi, lalu mereka akan tumbuh dewasa dan menjadi generasi penerus tidak lama lagi, sedangkan perubahan perilaku itu sulit dan tidak singkat. Maka kita harus bergerak dari sekarang karena kondisi negara ini ditentukan saat ini juga," ujarnya
Dalam upaya menjangkau audiens, Dinar menambahkan, pihaknya berupaya mengawinkan teknologi dan khazanah lokal, yakni melalui konten baik, ruang belajar digital, juga alat bantu, modul, serta permainan khas. Tak hanya menyasar target binaan di pelosok-pelosok daerah, dia juga berupaya menjangkau calon-calon pasangan di instansi pendidikan dan perkantoran demi memperluas cakupan pergerakannya.
Sementara Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti menambahkan, peran remaja sangatlah penting dalam upaya pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang dalam hal ini juga penurunan angka stunting. Remaja perlu mempersiapkan pernikahan dengan matang agar dapat menghasilkan generasi penerus yang sehat dan bebas stunting.
Baca Juga: Orangtua Catat, Ini Cara Mencegah Stunting dan Rekomendasi Menu MPASI untuk Anak
"Jika sudah memiliki pengetahuan yang baik terkait perencanaan keluarga, remaja juga diharapkan untuk dapat mengedukasi teman-teman seusianya dan menjadi panutan yang memberikan pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya. BKKBN sendiri telah memiliki program khusus bagi remaja seperti Konselor Sebaya, Duta GenRe, maupun posyandu dan PIKR (Pusat Informasi Kegiatan Remaja) yang siap menjadi sarana edukasi dan layanan terpadu bagi remaja-remaja di Indonesia," katanya.
Mahasiswi aktif IPMI Ningsi Selan, yang juga Ketua Posyandu Remaja di Enonapi, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, turut berbagi pengalaman. Di kampung halamannya, Ningsi aktif memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja melalui kegiatan berbasis kesehatan masyarakat.
Posyandu remaja yang awal terbentuknya dibantu oleh Yayasan Plan Internasional Indonesia ini bertujuan untuk memantau kesehatan remaja secara keseluruhan dan mengedukasi remaja agar tidak terjerumus pada praktik perkawinan anak, yang mana merupakan salah satu penyebab stunting akibat kehamilan yang tidak direncanakan dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News