Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Ruisa Khoiriyah
JAKARTA.
Indonesia merupakan negara tropis dengan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) cukup tinggi. Pada 2013, Angka Kesakitan atau Incidence Rate (IR) DBD di Indonesia mencapai 41,25 per 100.000 penduduk. Bahkan, setiap tahun terjadi kasus 100 juta penderita di seluruh dunia. Sebanyak 75% kasus DBD banyak terjadi di negara-negara Asia Pasifik. Tentu fakta tersebut cukup mengkhawatirkan. Maklum, penderita DBD berisiko meninggal dunia apabila penanganannya terlambat. Lebih ngeri lagi, penyakit ini tidak memandang bulu umur calon penderita. Bayi usia 3 bulan hingga orang yang sudah berumur pun berisiko terkena.
Namun, ada satu harapan terbit. Awal bulan April ini, vaksin DBD akhirnya resmi dirilis di Filipina. Johannes Ridwan, dokter anak yang berpraktik di Serpong, mengungkapkan, vaksin DBD yang baru dilansir di Filipina itu merupakan ikhtiar untuk mencegah kasus DBD. "Upaya preventif agar tidak sampai terkena DBD lebih baik ketimbang nanti disembuhkan saat sudah terkena DBD," ujar dia kepada Tabloid KONTAN, Jumat siang (15/4).
Johannes menuturkan, vaksinasi penting untuk membangun kekebalan tubuh seseorang. Nah, vaksin DBD yang baru saja dirilis itu baru bisa diberikan pada seseorang dengan rentang usia mulai 9 tahun hingga 45 tahun. "Vaksin DBD untuk anak usia di bawah 9 tahun belum ada, belum dikembangkan," kata dia.
Vaksin DBD terbaru itu harus diberikan tiga kali dengan rentang sebagai berikut. Setelah vaksin pertama disuntikkan, enam bulan berikutnya baru disuntik lagi vaksin kedua. Vaksin berikutnya baru diberikan 12 bulan kemudian. Lantas, kapan vaksin itu bakal masuk ke INdonesia? Johannes mengaku kurang tahu. Yang pasti, proses masuk sebuah vaksin ke Indonesia memakan proses cukup lama. "Sekitar dua tahun mungkin," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News