kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Virus zika mengancam seperti ebola


Selasa, 12 Januari 2016 / 17:40 WIB
Virus zika mengancam seperti ebola


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Tahun lalu, ebola menjadi bencana baru bagi kesehatan umat manusia.

Betapa tidak, penularan ebola di Afrika Barat menyebabkan ribuan korban jiwa.

Kini, setelah ebola, ada ancaman baru yang sama berbahayanya dan bakal mengancam manusia.

Menurut Reuters.com, ancaman itu berupa virus Zika yang ditularkan nyamuk dan infeksi bakteri Meliodosis.

Tim ilmuwan dalam jurnal Nature Microbiology menyebut Meliodosis termasuk infeksi yang kebal antibiotik.

Karena itu diharapkan infeksi ini mendapat prioritas tinggi oleh organisasi kesehatan dan para pembuat kebijakan.

Infeksi ini umumnya ditemukan di tanah di Asia Tenggara dan Australia bagian utara, tetapi juga bisa menyebar ke area non-endemik melalui hewan yang terinfeksi.

Sementara itu, ilmuwan dari Universitas Oxford mengingatkan bahwa virus Zika, yang dibawa oleh nyamuk dan menyebabkan wabah di Brasil, berpotensi menyebar dengan cepat ke area baru.

Zika pertama kali dideteksi di Afrika pada tahun 1940-an dan tidak dikenal di benua Amerika.

Tetapi pejabat kesehatan di negara-negara Amerika Latin seperti Brasil, Panama, Venezuela, Meksiko, El Savador, Suriname, Colombia, dan masih banyak lagi, menyebut telah menemukan virus ini.

Zika dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, yang juga menularkan demam dengue, demam kuning, dan chikunguya.

Ribuan orang telah terinfeksi virus tersebut di Brasil.

Meski virus ini tidak menyebabkan kematian, tapi bisa menyebabkan bayi lahir cacat dengan kondisi microcephaly, kondisi serius yang membuat perkembangan fisik dan mental bayi terhambat.

Ilmuwan internasional diharapkan meneliti virus ini, bagaimana penyebarannya, dan kemungkinan mengembangkan obat atau vaksinnya.

"Kita harus belajar dengan apa yang terjadi dengan ebola," kata Trudie Lang, profesor Global Health Research dari Oxford.

(Lusia Kus Anna)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×