kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ternyata, ereksi terlalu lama membahayakan nyawa


Selasa, 04 Oktober 2016 / 10:00 WIB
Ternyata, ereksi terlalu lama membahayakan nyawa


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Masih kuat anggapan bahwa salah satu tolok ukur kejantanan adalah kemampuan ereksi. Akibatnya, tiap pria pasti ingin memiliki kemampuan ereksi yang tahan lama.

Namun hati-hati, terlalu lama ereksi justru pertanda ada masalah pada tubuh. Apalagi jika si ‘adik kecil’ terbangun tanpa ada rangsangan seksual.

Kondisi ini disebut priapisme. Sebuah gangguan pada penis yang berwujud ereksi dalam waktu yang lama. Biasanya lebih dari empat jam.

Tak hanya durasi ‘berdiri’ yang melampaui batas normal, priapisme ini seringkali disertai rasa nyeri di sekitar penis. Gejala lain, kepala penis lunak meski batang tegang selama berjam-jam.

Jika dibiarkan, bisa merugikan, karena  bisa meninggalkan bekas berupa jaringan parut (scar) sampai impotensi permanen.

Pernah terjadi di India, seorang pria hampir kehilangan nyawa karena mengalami ereksi tanpa henti selama 21 hari. Tim dokter yang menangani menyebut kalau pria itu telat memeriksakan diri.

Jadi, meski operasi ‘menurunkan’ penis tersebut sukses, pria itu mengalami kerusakan jaringan penis. Akibatnya pria itu mengalami impotensi permanen.

“Segera ke dokter jika mengalami kejadian serupa atau ereksi lebih dari empat jam, terlebih disertai rasa sakit. Kalau cepat ditangani, sel-sel di sekitar penis bisa diselamatkan sebelum mengalami kerusakan,” ujar ahli urologi Nur Rasyid.

Tindakan medis yang diberikan biasanya berupa obat untuk menurunkan ketegangan penis. Jika obat gagal, bisa dilakukan terapi lewat suntikan. Jika masih gagal, maka operasi jadi solusi.

Nur Rasyid menjelaskan bahwa selain ‘menurunkan’ penis, prinsip pengobatan pada priapisme adalah menangani penyebabnya. Jika penyebabnya belum diatasi, priapisme bisa terjadi berulang kali. Contohnya, jika priapisme disebabkan oleh gangguan pada darah, maka gangguan pada darah itu yang harus ditangani terlebih dulu.

Soal penyebab, gangguan pada penis ini melibatkan gangguan saraf dan pembuluh darah. Gangguan saraf yang bisa berujung pada priapisme antara lain kerusakan tulang belakang akibat trauma atau gangguan saraf di dalam jaringan erektil.

Kasus paling sering terjadi adalah priapisme disebabkan oleh gangguan darah berupa kelainan sel sabit. Bekuan darah juga bisa menyebabkan priapisme. Penyebab lainnya, infeksi dan kanker yang telah menyusup ke dalam penis dan menghalangi aliran darah dari penis.

Selain itu, penggunaan obat juga bisa menyebabkan priapisme. Obat yang dapat menjadi biang kerok terjadinya priapisme itu antara lain obat psikosa (torazin, klorpromazin), obat anti hipertensi (prazosin), obat anti koagulan, kortikosteroid, tolbutamid, obat anti depresan (trazodon), dan tentu saja obat disfungsi ereksi (sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil).

“Segera ke dokter jika penis tegang lebih dari empat jam non stop. Jangan ditunda, karena itu bisa jadi bumerang bagi kejantanan pria,” imbuh Nur Rasyid.

(Michael Metekohy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×