kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Terbukti, celana ketat turunkan kesuburan


Senin, 13 Juni 2016 / 15:12 WIB
Terbukti, celana ketat turunkan kesuburan


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Masalah infertilitas bukan hanya bisa terjadi pada wanita. Pria juga bisa memiliki masalah kesuburan, terkait dengan kualitas spermanya. Banyak faktor yang bisa menurunkan kualitas sperma, salah satunya sering menggunakan celana ketat dan bertambahnya usia.

Dilansir dari Telegraph, ahli kesuburan, profesor Allan Pacey mengatakan, pria sebaiknya menghindari penggunaan celana ketat, terutama mereka yang mendekati usia 40 tahun jika ingin memiliki keturunan.

Penelitian dari Universitas Sheffield menunjukkan, kualitas sperma pria secara signifikan akan menurun setelah usia 40 tahun. Padahal, usia seorang pria menjadi ayah pertama dari tahun ke tahun semakin tua, yaitu 32 tahun untuk zaman modern ini.

Pacey mengungkapkan, saat ini memang ada metode pembekuan sperma pada pria muda yang ingin menunda memiliki keturunan. Namun, menurut para ahli, kualitas sperma bisa menurun selama pembekuan.

"Saya selalu mengatakan kepada mereka, Anda lebih suka memiliki stroberi segar atau stroberi beku?" kata Pacey. Ia pun menyarankan pria maupun wanita tidak menunda memiliki anak setelah menikah.

Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi Gillian Lockwood, penggunaan celana ketat pada pria mengikuti perkembangan kehidupan modern. Studi terhadap 2.500 pria di Inggris menunjukkan, pemakaian celana ketat menjadi faktor risiko tinggi masalah infertilitas, selain merokok dan banyak minum alkohol.

Penggunaan celana terlalu ketat pada pria, termasuk celana dalam, dapat membuat suhu testis meningkat. Padahal, untuk menghasilkan sperma berkualitas, suhu testis harus lebih rendah dari suhu inti tubuh.

(Dian Maharani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×