Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menegaskan, risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian, Omicron, tetap sangat tinggi.
"Bukti yang konsisten menunjukkan, varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibanding varian Delta dengan waktu penggandaan 2-3 hari," kata WHO dalam Pembaruan Epidemiologi Mingguan Covid-19 yang terbit Selasa (28/12).
Dan, menurut WHO, peningkatan cepat kasus Covid-19 terlihat di sejumlah negara, dengan Omicron menjadi varian virus corona yang dominan, seperti di Inggris dan Amerika Serikat.
Tapi, WHO menyebutkan, penurunan kasus Covid-19 terjadi di Afrika Selatan, tempat pertama kali varian Omicron terdeteksi pada November lalu.
"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari kedua penghindaran kekebalan dan peningkatan transmisibilitas intrinsik dari varian Omicron," sebut WHO.
Baca Juga: Omicron Bercokol di Indonesia, Kronologis Kasus Transmisi Lokal Pertama Varian Ini
Hanya, data awal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Denmark menunjukkan, ada pengurangan risiko rawat inap untuk varian Omicron dibandingkan dengan Delta.
Namun, WHO menambahkan, butuh data lebih lanjut untuk memahami tingkat keparahan akibat Omicron termasuk penggunaan oksigen dan ventilator, serta angka kematian.
"Dan, bagaimana tingkat keparahan dapat dipengaruhi oleh vaksinasi dan/atau infeksi SARS CoV-2 sebelumnya," imbuh WHO.
"Bagaimanapun, data awal menunjukkan, antibodi monoklonal mungkin kurang bisa menetralkan varian Omicron," ungkap WHO.
Pada Selasa (28/12), Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus transmisi lokal pertama varian Omicron di Indonesia. Itu berarti, varian yang sangat menular ini sudah ada di tengah-tengah masyarakat negara kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News