Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Anak yang aktif dengan yang hiperaktif memiliki beberapa perbedaan yang perlu diketahui orangtua.
Bersumber dari situs Universitas Diponegoro (Undip), anak hiperaktif ditandai dengan anak yang tidak bisa diam dan selalu bergerak.
Mereka memiliki keinginan untuk terus-menerus bergerak yang tidak bisa dikontrol oleh diri mereka sendiri.
Anak yang aktif memang baik namun jika hal tersebut membuat buah hati kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari atau menyebabkan gangguan interaksi dengan teman mereka, orangtua patut waspada.
Baca Juga: Bank Indonesia Buka Beasiswa 2023 Mahasiswa dan Siswa Vokasi, Cek Infonya
Ciri-ciri anak hiperaktif
Dokter Spesialis Anak Konsultan Rumah Sakit Nasional Diponegoro Undip, dr. Tun Paksi Sareharto, menjelaskan jika hiperaktif bisa dikatakan anak tidak bisa tenang, tidak bisa diam atau selalu bergerak kesana kemari.
Jika hiperaktifnya normal, anak masih bisa diam ketika diminta untuk diam. Namun orangtua juga perlu tahu hiperaktif yang kelainan.
"Tanda hiperaktif yang kelainan dapat dilihat misalnya anak berjalan ke sana kemari, mungkin nabrak-nabrak, jahil yang berlebihan, diminta diam namun tidak bisa, bergerak mengulang-ulang seperti lari berputar-putar tanpa ada maksudnya, dan terlalu responsif” jelas dr. Tun Paksi seperti dikutip dari situs Undip.
Lebih lanjut, dr. Tun Paksi mengimbau orangtua jika melihat anaknya tampak hiperaktif untuk segera memeriksakan ke dokter anak agar tahu apakah hiperaktif normal atau tidak.
Dokter kemudian akan melakukan asesmen dan menegakkan diagnosis. Jika hasil asesmen dan diagnosis memang autis, maka akan diterapi.
Terapi yang diberikan kepada anak autis sebagian besar merupakan terapi perilaku atau behavioral therapy.
"Pada anak autis biasanya terjadi keterlambatan bicara, sehingga terapi anak autis sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Jadi ketika ada keanehan pada anak orang tua harus tanggap. Deteksi dini akan sangat membantu sekali dan perbaikannya akan cepat serta diharapkan dapat masuk di sekolah umum,” lanjutnya.
Baca Juga: Jenis-Jenis Kanker yang Sering Menyerang Anak dan Langkah Penanganannya
Kelemahan dan kelebihan anak hiperaktif
Dokter Tun Paksi menjelaskan jika orangtua harus memahami dan kelebihan anak. Hal ini penting dilakukan agar dapat mengarahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi karena pada akhirnya mereka harus mandiri dan lepas dari orangtua.
Orangtua perlu tahu tujuan anak saat sudah dewasa atau pekerjaan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, orangtua bisa menentukan perguruan tinggi atau bidang ilmu mana yang mau dimasuki.
Diskusikan dengan anak dan keluarga jika diperlukan untuk menimbang-nimbang kemampuan anak, bidang pendidikan, dan alokasi pendidikan.
“Kalau kita bertemu anak hiperaktif atau orang tua merasa anaknya hiperaktif, harus dievaluasi terlebih dahulu apakah hiperaktif wajar atau tidak. Anak-anak usia balita memang kadang sangat aktif karena perkembangan motorik halus dan kasarnya masih berkembang jadi memang butuh banyak bergerak," papar dr. Tun Paksi.
Jika anak menunjukkan perilaku yang aneh atau diulang-ulang, berinteraksi dengan orang tidak bisa seperti tidak ada kontak mata, tidak melihat lawan bicara saat berbicara, tidak nyambung saat berbicara atau tidak menyahut, orangtua perlu waspada.
"Segera periksakan ke dokter anak agar kita bisa menentukan autis atau bukan, atau terdapat kelainan yang lain. Pemeriksaan anak dengan kemungkinan autis dan penanganannya juga bisa dilakukan di RSND,” pesannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News