Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Luka bakar merupakan salah satu luka yang cukup sulit untuk disembuhkan, terlebih jika sudah mencapai di atas 30 persen.
Luka bakar di atas 30 dapat persen memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi jika tidak ditangani.
Bersumber dari situs Universitas Airlangga, sebanyak hampir 30.000 kasus luka bakar terjadi setiap hari, dan 90 persen di antaranya berasal dari negara berpendapatan menengah ke bawah seperti Indonesia.
Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr. Afriyanti Sandhi, menjelaskan di dalam luka bakar terjadi infeksi dan sepsis yang merupakan penyebab utama kematian pada pasien.
Baca Juga: Mengenal Pertumbuhan Ekonomi dari Pengertian, Faktor, dan Rumus Perhitungannya
Karenanya, tindakan untuk mencegah inflamasi dan munculnya respons hipermetabolik dalam 72 jam pasca kejadian merupakan hal yang menentukan keselamatan pasien.
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Unair, dokter Afriyanti memaparkan, penanganan dalam luka bakar diawali dengan membuang sel yang mengalami nekrosis akibat terbakar.
Selanjutnya adalah menutup luka tersebut agar tidak terjadi infeksi pada luka bakar.
“Dan saat ini, yang mulai banyak digunakan oleh para ahli adalah menutup luka dengan sel punca (stem cell),” jelasnya seperti dikutip dari situs Unair.
Metode aplikasi sel punca untuk luka bakar
Lebih lanjut dokter Afriyanti menjelaskan bahwa ada beberapa metode untuk mengaplikasikan sel punca pada luka bakar.
Metode yang paling banyak digunakan adalah autologus skin graft atau mencangkok kulit pasien yang tidak terluka ke luka bakar.
Namun, metode ini akan sulit diterapkan untuk pasien dengan luka bakar di atas 50 persen.
“Untuk itu, saat ini dikembangkan metode allogenic skin graft dalam bentuk kadaver kulit yang disimpan dalam skin bank,” ujarnya.
Sel kulit korban juga bisa dikultur untuk dijadikan lembaran-lembaran skin graft yang dapat digunakan untuk menutup defect luka.
“Metode ini disebut dengan Cultured Ephitellial Autograft,” terang dokter Afriyanti.
Metode sel punca selanjutnya adalah metode Dermal Regenerative Template. Metode yang juga disebut Acellular Dermal Matrix ini terbuat dari scaffold atau kombinasi dari biomaterial yang bisa di shading dengan sel punca pasien.
Baca Juga: Siap-Siap! Beasiswa Chevening S2 Ke Inggris Buka Agustus 2022, Ini Infonya
“Selain itu, metode lain yang menggunakan scaffold adalah Self Assembled Bilayer Skin Subtitute. Dimana kita bisa menciptakan kulit layaknya kulit manusia (terdapat dermis dan epidermis) menggunakan scaffold dan sel punca,” sambungnya.
Afriyanti menerangkan metode yang terakhir yaitu teknologi cell spray. Dimana cell pray ini terbuat dari secretome yang merupakan derivat dari sel punca yang mengandung banyak growth factor dari sel.
“Cell spray dapat mempercepat regenerasi dari sel kulit pasien dan banyak diaplikasikan untuk luka bakar dengan derajat yang tidak terlalu dalam,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News