kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sekolah tatap muka dimulai, Pengamat: Evaluasi dan manajemen risiko perlu dijaga


Kamis, 09 September 2021 / 10:50 WIB
Sekolah tatap muka dimulai, Pengamat: Evaluasi dan manajemen risiko perlu dijaga


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekolah atau Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah kembali digelar di sejumlah daerah, sejalan dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan, hal yang terkait pendidikan ini memang perlu menjadi program prioritas yang ditangani secara khusus dalam strategi pengendalian pandemi Covid-19.

"Sekolah memang perlu dibuka ketika situasi sudah membaik. Namun bukan berarti kita abai. Karena risiko tidak mungkin nol, tapi jejaring pengaman harus diperkuat," ungkap Dicky kepada Kontan.co.id, Rabu (8/9).

Adapun manajemen risiko yang diperlukan meliputi penetapan level dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), lalu evaluasi berkala terhadap proses PTM. Selain itu, perlu ada pendampingan ketat dari Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat.

Jika level PPKM di daerah tersebut semakin aman, maka frekuensi masuk sekolah atau PTM bisa terus ditambah. Namun dengan catatan, waktu di sekolah tetap harus dijaga, tidak boleh terlalu lama.

"Jadi ini memang sangat kasuistik. Harus dilihat juga kesiapan gurunya, sekolah, anak dan orang tuanya. Di setiap daerah memang tidak bisa disamakan," ujar Dicky.

Baca Juga: Terbaru, ini peraturan PPKM Level 2 di Jawa-Bali hingga 13 September 2021

Dihubungi terpisah, salah seorang orang tua siswa, Rahma Anandita melihat sejauh ini PTM masih dalam kondisi aman. Memiliki puteri di Kelas 1A, SD Jatirahayu VI, Kota Bekasi, Rahma menilai, cukup ideal jika PTM dilakukan dua kali seminggu, asalkan ditunjang protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

"Anak saya happy sekali. Dia sumringah sepulang sekolah karena bisa merasakan lagi sekolah beneran. Sebab sejak TK sudah belajar daring, Cuma beberapa bulan saja merasakan PTM," ungkap Rahma saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/9).

Menurutnya, pihak sekolah pun sudah menyiapkan dengan cukup matang untuk PTM ini. Juga memberikan kebebasan jika orang tua siswa tidak berkenan untuk PTM, maka tetap mendapatkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kapasitas PTM pun dibatasi hanya 18 orang per kelas, dengan prokes yang ketat.

Tak lupa, sebagai orang tua, Rahma yang juga bekerja sebagai konsultan public relation di  PT Delapan Media Komunikasi (The Union) ini pun memastikan sang anak dalam kondisi sehat.

"Saya cek kondisi tubuhnya, apakah ada demam atau tidak. Kalau oke, ya lanjut sekolah. Siapkan juga hand sanitizer di tas kantong depan supaya mudah dijangkau. Lalu tisu basah, pakai masker medis dan faceshield juga," pungkas Rahma.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Positivity rate corona di Jakarta 2,5%, sudah turun jauh di bawah batas aman WHO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×