Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil riset terbaru, antidepresan Fluvoxamine tampak menjanjikan dalam mencegah gejala parah dan kemungkinan dirawat di rumah sakit pada pasien Covid-19.
“Apa yang kami amati adalah bahwa semua pasien yang menerima Fluvoxamine, tidak satupun dari mereka mengalami infeksi Covid-19 parah, yang memengaruhi paru-paru atau status pernapasan mereka,” kata Caline Mattar, MD, kepada KNBC di Los Angeles.
Mattar adalah peneliti penyakit menular di Universitas Washington di St. Louis, yang membantu melakukan penelitian ini yang telah dipublikasikan di Open Forum Infectious Diseases.
Melansir WebMD, Fluvoxamine, yang dijual dengan merek dagang Luvox, adalah penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI) yang sering diresepkan untuk orang yang didiagnosis dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Baca Juga: 4 Langkah jika merasa tidak enak badan saat pandemi virus corona
Obat ini sudah ada di pasaran selama lebih dari satu dekade. Studi non acak ini dilakukan pada pekerja pacuan kuda di California. Sebanyak dua ratus karyawan di Golden Gate Fields Racetrack di Berkeley, CA, dinyatakan positif Covid-19 November lalu.
Dokter David Seftel, MD, menawarkan Fluvoxaimine kepada 113 dari mereka, setelah mempelajari studi sebelumnya terhadap pasien Covid-19 yang mengindikasikan Fluvoxamine membantu menangkal penyakit serius.
Penelitian itu menunjukkan, sejumlah 65 pekerja yang menggunakan obat tersebut selama 2 minggu tidak harus dirawat di rumah sakit, tidak memiliki gejala yang serius, dan merasa lebih baik setelah 2 minggu.
Baca Juga: Dokter lansia yang divaksin Covid-19 tidak merasakan efek samping
Sementara enam dari 48 pekerja yang menolak Fluvoxamine harus dirawat di rumah sakit, dua membutuhkan perawatan intensif, dan satu meninggal.
“Secara keseluruhan, fluvoxamine tampak menjanjikan sebagai pengobatan awal untuk Covid-19 untuk mencegah kerusakan klinis yang membutuhkan rawat inap dan untuk mencegah kemungkinan gejala jangka panjang yang bertahan lebih dari 2 minggu,” kata penulis penelitian tersebut.
Para penulis menekankan, bahwa temuan mereka adalah studi bukti nyata yang diperlukan oleh urgensi pandemi virus corona. Mereka mengatakan, penelitian mereka membutuhkan verifikasi dari uji coba terkontrol secara acak. Studi semacam itu sekarang sedang dilakukan oleh Universitas Washington dan sekolah lain.
Pekerja trek yang terinfeksi sebagian besar adalah laki-laki Latin, dan 30% memiliki masalah medis kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Baru: Obat Antidepresan Bantu Cegah Gejala Parah Covid-19"
Penulis : Bestari Kumala Dewi
Editor : Bestari Kumala Dewi
Selanjutnya: Wajib tahu! Cara membedakan Covid-19, flu dan alergi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News