kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Potensi Sekaligus Tantangan Besar Dorong Industri Sel Punca di Indonesia


Jumat, 18 Oktober 2024 / 22:25 WIB
Potensi Sekaligus Tantangan Besar Dorong Industri Sel Punca di Indonesia
ILUSTRASI. Peneliti melakukan proses kultur atau ekspansi sel 'Mesenchymal Stem Cell' (MSC) di laboratorium 'Stem Cell' di sela-sela acara peresmian Pusat Penelitian dan Pengembangan 'Stem Cell' (Sel Punca) di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (11/7). Pemerintah melalui Kemenristek Dikti mendukung upaya penelitian dan inovasi pengembangan riset sel punca (stem cell) untuk memperbaiki kesehatan masyarakat. ANTARA FOTO/Moch Asim/kye/18


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha

KONTAN.CO.ID - Terapi sel punca merupakan peluang besar dalam dunia medis, namun juga diiringi dengan tantangan yang signifikan. Oleh karenanya banyak pihak berkolaborasi untuk memajukan terapi ini.

Chyntia Retna Sartika Wakil Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia menyampaikan bahwa pengembangan terapi sel punca memerlukan kerja sama berbagai pihak untuk mengoptimalkan peluang dan menghadapi tantangan.

"Teknologi berkembang sangat cepat, tetapi regulator harus memastikan asas manfaat, kesehatan, dan keamanan," ujar Chyntia.

Sunarno, Kepala Pusat Riset Biomedis BRIN, menekankan pentingnya presentasi hasil riset secara transparan untuk memastikan keamanan bagi masyarakat.

Baca Juga: Wamenkes Dorong Pengolahan Sel Punca Ikuti Protokol Keamanan Ketat

"Kita harus memastikan ini aman untuk masyarakat, tidak bisa masyarakat menjadi uji coba. Prosesnya harus mulai dari riset dasar, uji hewan, hingga manusia," kata Sunarno.

Di Indonesia, beberapa fasilitas sudah mulai menerapkan terapi sel punca, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Namun, Amin Soebandrio, Ketua Komite Sel Punca, mengingatkan pentingnya verifikasi produk sel punca yang digunakan.

"Kita harus melihat apakah yang digunakan betul-betul stem cell atau produk lain yang diklaim sebagai stem cell. Banyak produk impor yang sebenarnya bukan stem cell, tapi dijual sangat mahal," ungkap Amin.

Fasilitas yang menerapkan terapi sel punca di Indonesia ada yang sudah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Kesehatan dan beberapa juga telah menerima sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM.

Baca Juga: BRIN dan ASPI Kolaborasi untuk Terobosan Sel Punca dalam Pengobatan Regeneratif

Namun, proses untuk mendapatkan sertifikasi ini tidaklah mudah. "Hanya ada empat fasilitas yang sudah mendapatkan CPOB, sementara sepuluh lainnya mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan," tambah Amin menjawab pertanyaan KONTAN pada Jumat (18/10).

Perbedaan antara laboratorium yang memiliki izin CPOB dan yang hanya memiliki izin dari Kementerian Kesehatan terletak pada jenis pengolahan sel punca yang dilakukan.

Laboratorium dengan izin CPOB biasanya mengolah sel punca untuk penggunaan alogenik, sementara yang lain untuk otologus. Dalam penerapannya, terapi sel punca harus dilakukan oleh dokter spesialis sesuai dengan indikasi penyakit

. "Misalnya saja ya, terapi ortopedi harus dilaksanakan oleh spesialis ortopedi, tidak bisa dilakukan oleh dokter kecantikan," tegas Amin.

Selanjutnya: Talkxygen: Pertumbuhan Bisnis Service Excellence Bersama Oxygen.id

Menarik Dibaca: Hasil Liga 1 PSM Makassar 2-0 Madura United, Juku Eja Naik ke Posisi Tiga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×