kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Perokok dan pengguna vape rentan terinfeksi virus corona, benarkah?


Kamis, 26 Maret 2020 / 10:59 WIB
Perokok dan pengguna vape rentan terinfeksi virus corona, benarkah?
ILUSTRASI. A man holds a cigarette in Jakarta, Indonesia, March 14, 2017. Picture taken March 14, 2017. REUTERS/Beawiharta


Sumber: Harian Kompas | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - US Centers for Disease Cobtrol and Prevention menyatakan perokok aktif (rokok tembakau dan vape) dan pengguna obat-obatan terlarang rentan terinfeksi virus corona. 

Awal bulan ini, US Centers for Disease Control and Prevention memperbarui rekomendasi COVID-19 yang secara khusus menyebutkan orang berusia lanjut dan orang dengan kondisi medis serius. 

Baca Juga: Membedakan gejala infeksi virus corona, flu, dan alergi, begini caranya

Mereka menyebut kelompok ini "berisiko lebih tinggi". Namun, kelompok lain ternyata bisa sangat rentan terhadap COVID-19 dan masih jarang diperhatikan, yaitu mereka yang merokok, merokok vape, atau mengonsumsi obat-obatan terlarang. 

"Komunitas studi harus waspada terhadap kemungkinan COVID-19 dapat menyerang beberapa populasi dengan gangguan penggunaan narkoba." Demikian tulis Dr. Nora Volkow, direktur National Institute on Drug Abuse dalam unggahan blog yang diterbitkan minggu lalu.
 
Karena COVID-19 menyerang paru-paru, mereka yang merokok tembakau, ganja, atau vape bisa terancam, kata Volkow. "Ketika paru-paru seseorang terkena flu atau infeksi lain, efek buruk dari merokok atau vape jauh lebih serius daripada orang-orang yang tidak merokok atau vape." Demikian yang ditulis Stanton Glantz, profesor kedokteran dan direktur Center of Tobacco Research Control and Education di University of California, San Francisco, dalam unggahan blog pada Selasa lalu. 

"Vaping memengaruhi paru-paru kita di setiap level. Ini memengaruhi fungsi kekebalan di rongga hidung kita dan silia yang mendorong benda asing keluar." "Kemampuan saluran udara bagian atas kita untuk membersihkan virus terganggu," kata Glantz. 

"Beberapa rekan saya telah mencatat orang di bawah usia 30 yang terinfeksi COVID-19 harus dirawat di rumah sakit. Dan penyebabnya adalah vape." 

Namun, ia menambahkan, belum ada penelitian atau bukti yang cukup untuk mendukung apakah ada kaitan antara vape dan risiko virus corona. Orang yang merokok pada umumnya berisiko tinggi mengalami komplikasi serius, seperti sindrom gangguan pernapasan akut, ketika mengalami infeksi parah.

Peluang kasus Covid-19 menjadi lebih parah 14 kali lipat di antara orang-orang yang memiliki riwayat merokok daripada bukan perokok, kata Glantz, mengutip penelitian dari Cina yang diterbitkan dalam Chinese Medical Journal. 

Baca Juga: Awas! lima hal ini bisa menurunkan imun tubuhPeng

Studi ini juga menemukan mereka yang memiliki riwayat merokok memiliki risiko 14 persen lebih tinggi terkena pneumonia. Selain merokok tembakau dan vape, Volkow menulis, orang yang menyalahgunakan opioid dan metamfetamin bisa berisiko mengalami komplikasi serius COVID-19 karena efek obat ini terhadap pernapasan dan kesehatan paru-paru. 

Opioid memperlambat pernapasan dan telah terbukti meningkatkan angka kematian pada orang dengan penyakit pernapasan, menurut Volkow. "Kapasitas paru-paru yang berkurang karena COVID-19 juga dapat membahayakan populasi ini," katanya.

Sementara metamfetamin telah terbukti menghasilkan kerusakan paru yang signifikan karena sangat terikat pada jaringan paru, Volkow menjelaskan dalam sebuah wawancara. 

Zat ini bisa meningkatkan risiko hasil negatif jika digunakan selama infeksi COVID-19. Dr. Allison Lin, asisten profesor psikiatri dan pusat kecanduan di University of Michigan, mengatakan penting bagi semua orang untuk berhenti merokok karena efeknya tidak diketahui pada pasien COVID-19. 

Ini sangat penting bagi orang dengan gangguan penggunaan narkoba karena mereka lebih cenderung merokok, katanya. Bagi semua orang yang terinfeksi COVID-19, Glantz menyebut, satu hal yang dapat dilakukan orang sekarang adalah berhenti merokok. 

"Pada saat orang mencari cara mengurangi risiko, sangat masuk akal untuk berhenti merusak paru-paru kita," katanya.

Baca Juga: Bersihkan rumah dari virus? Ini cara mudah membuat cairan disinfektan sendiri

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Rokok dan Vape Meningkatkan Risiko Virus Corona", 
Penulis : Gading Perkasa
Editor : Wisnubrata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×