Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai penyakit yang terbilang baru, Covid-19 masih menyimpan banyak misteri, termasuk dampak jangka panjang yang dialami para penyintas atau pasien yang sudah dinyatakan negatif dari virus tersebut.
Para penyintas yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 faktanya banyak yang mengalami gejala sakit yang berkepanjangan atau disebut dengan istilah long Covid-19. Bahkan, ada penyintas yang merasakan gejala lebih berat saat telah dinyatakan negatif dibanding kala masih positif Covid-19. Oleh karenanya, Long Covid-19 perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak, terutama pemerintah.
Reja Berkat (31), salah satu penyitas yang mengalami long Covid-19. Karyawan perusahaan swasta di Jakarta ini sudah satu setengah bulan dinyatakan negatif Covid-19. Dia positif terkena virus itu pada 25 Januari dan melakukan isolasi di Wisma Atlet selama dua minggu hingga akhirnya dinyatakan negatif. Selama dua minggu gejala yang dialaminya tidak berat, hanya indra penciuman saja yang terganggu.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Rabu (24/3): Tambah 5.227 kasus baru, ingat pakai masker
Pada 10 Februari 2021, Reja sudah kembali ke rumahnya. Namun, dia justru mengalami gejala sakit yang lebih berat. Selain indra penciumannya yang belum sepenuhnya kembali normal, ia merasakan nyeri di dada saat batuk, empat hari setelah dinyatakan negatif matanya merah dan perih, tenggorokan terasa panas seperti asam lambung naik, dan susah tidur.
"Sampai sekarang semua gejala sakit ini masih ada. Tetapi bisa dibilang aneh karena gejala nggak muncul dalam waktu bersamaan. Jadi tidak bisa ditebak gejala yang dialami setiap harinya," ungkap Reja pada KONTAN, Rabu (24/3).
Reja telah memeriksakan dirinya ke dokter dan diberikan obat sehingga rasa panas di lehernya sudah sedikit berkurang.
Menurut Reja, para penyintas yang mengalami long Covid-19 ini juga sering mendapat stigma lemah dari orang sekitarnya, keluarga, perusahaan tempat bekerja, termasuk dari dokter. Banyak mengira begitu dinyatakan negatif Covid-19 maka sudah sepenuhnya sembuh.
Stigma itu terutama berasal datang dari perusahaan tempat penyintas bekerja. Berdasarkan cerita yang ia dapat dari sesama penyintas, ada perusahaan yang memaksa mereka untuk kembali bekerja normal begitu dinyatakan negatif dan tidak peduli dengan gejala lanjutan yang muncul.
Sementara pemerintah belum memberikan perhatian khusus terhadap long-Covid-19 ini meskipun pada kenyataannya banyak mengalami gejala lebih berat setelah dinyatakan negatif. Fokus pemerintah saat ini hanya terfokus pada vaksinasi dan perawatan pasien positif.
Baca Juga: Penyintas Covid-19 perlu tingkatkan kesadaran terkait long covid
Oleh karena itu, Reja memandang sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian terhadap Long-Covid-19 ini. Apalagi, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh saat ini sudah lebih dari 1,3 juta. Banyak para penyitas bukan berasal dari keluarga mampu sehingga enggan melakukan konsultasi lanjutan ke dokter begitu mereka sembuh meskipun mengalami gejala sakit lanjutan.
"Selain itu, perlu juga ada standard prosedur operasional bagi dokter di Indonesia terhadap pemeriksaan terhadap pasien long Covid-19. Jangan sampai kita sudah konsultasi dengan gejala yang kita alami tapi dokternya bilang tidak ada masalah apa-apa karena ketidaktahuan mereka. Ini banyak terjadi dan tentu merugikan pasien secara waktu dan materi," pungkasnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Tinjau vaksinasi di Maluku Utara, Jokowi pastikan distribusi vaksin sampai pelosok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News