kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penundaan potong tali pusat, apa untungnya?


Senin, 16 Mei 2016 / 14:54 WIB
Penundaan potong tali pusat, apa untungnya?


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Banyak metode penanganan bayi baru lahir yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih bagi kesehatan bayi. Lotus Birth, misalnya, ari-ari dirawat secara alami sampai tali pusat puput. Metode ini dipercaya membuat bayi lebih tenang dan tidurnya lebih nyenyak.

Lalu bagaimana dengan metode Delayed Cord Clamping (DCC), atau praktik penundaan pemotongan tali pusat di mana tali pusat tidak dijepit atau dipotong sampai setelah denyutan berhenti? Apakah memang menyehatkan atau malah merugikan?

Dilansir dari Tabloid Nakita, Bambang Fadjar, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Premier Bintaro, menerangkan tali pusat merupakan media penghubung janin saat di dalam kandungan dengan ibu. Panjangnya rata-rata 50—60 cm.

Dalam praktik persalinan, setelah bayi dilahirkan, tali pusat segera dipotong. Ini untuk memudahkan penolong persalinan mengeluarkan plasenta yang masih ada di jalan lahir, karena plasenta tidak diperlukan lagi.

Pemotongan tali pusat sepanjang 3—5 cm dari dinding perut bayi dilakukan dengan gunting steril agar bayi tidak terinfeksi. Kemudian tali pusat diikat dengan klem tali pusat. Setelah tali pusatnya dipotong, bayi diletakkan di atas dada ibu sementara penolong persalinan mengeluarkan plasenta.

Selanjutnya setelah pemotongan, prinsip perawatannya adalah menjaga tali pusat tersebut agar tetap kering dan bersih. Biasanya dibersihkan dengan kasa beralkohol lalu ditutup dengan kasa kering. Tali pusat yang masih menempel di dinding perut tersebut umumnya akan lepas spontan sekitar 10 hari.

Namun pada DCC, tali pusat ditunda pemotongannya. Sampai berapa lama yang dimaksud menunda itu?

American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) menyatakan, yang disebut menunda itu minimal 30—60 detik setelah bayi lahir. Namun ada yang menyebut menunda adalah menunggu hingga 1—3 menit setelah kelahiran. Hingga kini, belum ada kesepakatan yang pasti tentang waktu penundaan.

Yang jelas, teknis pemotongannya tidak ada yang khusus. Begitu bayi lahir, tali pusat dibiarkan sejenak minimal 30 detik, baru dipotong.

Menurut Bidan Yuliana Febrianti dari Rumah PUSPA, beberapa penelitian menunjukkan penundaan pemotongan tali pusat 1 hingga 3 menit atau setelah tali pusat berhenti berdenyut memang memberi manfaat terhadap kesehatan bayi, seperti meningkatkan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, dan kadar simpanan besi (ferritin).

Bahkan penundaan sampai 3 menit terbukti meningkatkan volume darah bayi sebanyak 20 ml/kg BB dan penambahan kadar besi sebanyak 30—50 mg/ kg BB, sehingga bermanfaat dalam mencegah terjadinya anemia pada bayi baru lahir.

Pada beberapa bayi prematur yang mengalami anemia, penundaan pemotongan tali pusat dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin dan volume sel darah merah bayi.

Terkait dengan itulah, Bidan Yuli percaya, pemotongan tali pusat langsung setelah bayi lahir justru bisa membuat bayi kehilangan oksigen dan nutrisi yang masih mengalir, serta  kekurangan zat-zat  yang seharusnya bisa didapat dari proses penundaan tersebut.

“Dalam beberapa dekade, berbagai penelitian menunjukkan bahwa penjepitan tali pusat langsung atau segera setelah bayi lahir akan mengganggu fisiologi normal, anatomi dan proses kelahiran,” jelasnya. Nah, jadi bagaimana keputusan Mama saat bersalin nanti?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×