kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.567.000   7.000   0,45%
  • USD/IDR 15.703   0,00   0,00%
  • IDX 7.574   4,17   0,06%
  • KOMPAS100 1.170   -1,95   -0,17%
  • LQ45 921   -3,22   -0,35%
  • ISSI 231   0,26   0,11%
  • IDX30 474   -2,28   -0,48%
  • IDXHIDIV20 568   -1,28   -0,23%
  • IDX80 133   -0,19   -0,14%
  • IDXV30 141   0,91   0,65%
  • IDXQ30 158   -0,72   -0,45%

Pentingnya protokol kesehatan di pusat belanja jelang libur Nataru


Rabu, 08 Desember 2021 / 10:25 WIB
Pentingnya protokol kesehatan di pusat belanja jelang libur Nataru


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pusat belanja merupakan salah satu tujuan masyarakat untuk berlibur dan juga mengisi waktu luang di akhir pekan. Hal ini karena kelengkapan fasilitas yang ada di dalamnya, mulai dari area bermain anak, tempat berbelanja, hingga pilihan berbagai restoran dan tempat makan.

Atas dasar hal itu, menjelang hari libur Natal dan Tahun Baru, para pengelola pusat belanja harus memiliki mitigasi yang sangat kuat untuk menghindari terjadinya penularan virus Covid-19 di area pusat belanja.

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyatakan bahwa pengelola pusat belanja harus bekerjasama dengan beberapa pihak terkait, mulai dari Pemerintah Daerah (Pemda) hingga sektor keamanan.

"Melibatkan bukan hanya pengelola mal, tapi juga sektor lain, Pemda dan juga sektor keamanan. Kenapa? karena antisipasinya harus meliputi mulai dari alur transportasi," ungkap Dicky saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/12).

Baca Juga: HIPPI DKI Jakarta sambut baik pembatalan PPKM Level 3 saat libur Natal dan Tahun Baru

Hal ini menjadi penting, lantaran salah satu cara untuk meminimalisir penularan Covid-19 adalah dengan mengurangi risiko adanya antrian dan tumpukan, yang dimulai dari luar area pusat belanja termasuk pada alur keluar-masuknya transportasi.

Dia juga berpendapat bahwa sebaiknya pengunjung pusat belanja itu diatur sesuai dengan zonasi. Sebagai contoh, orang yang berdomisili di daerah Jakarta Selatan, hanya bisa mengunjungi mal yang berada di wilayah tersebut.

Namun, apabila cara ini tidak bisa dilakukan, yang dibutuhkan adalah kesadaran masyarakat untuk mengunjungi pusat belanja sesuai dengan domisili mereka.

"Kalau tidak dimungkinkan zonasi, ya membangun kesadaran itu untuk ke mal yang sesuai dengan domisili," sambungnya.

Di sisi lain, screening di depan pintu masuk juga harus dibuat sangat ketat. Di antaranya, pengunjung harus sudah divaksinasi, tidak bergejala Covid-19, dan tentunya memakai masker.

Tak hanya sampai di situ, kapasitas di dalam pusat belanja juga harus terus dipantau. Termasuk juga di gerai-gerai, jumlah pengunjungnya harus dibatasi untuk menghindari kerumunan di dalam toko.

Dari segi infrastruktur juga tak kalah penting. Pengelola pusat belanja harus memastikan ventilasi dan sirkulasi udara dalam keadaan baik.

Baca Juga: Pebisnis wisata dan pusat belanja sambut positif pembatalan PPKM Level 3 Nataru

"Karena sirkulasi harus lancar. Jemudian juga membersihkan tempat-tempat umum, termasuk toilet juga harus dijaga dan ada petugas yang standby," ujar Dicky.

Terakhir, para pengelola juga harus memastikan bahwa setiap pegawainya sudah tervaksinasi penuh dan juga bekerja dalam keadaan sehat.

Nah, setelah berbagai mitigasi dan prokes dijalankan. Pengelola pusat belanja harus melakukan evaluasi secara berkala, untuk melihat efektivitas aktivitas prokes yang dijalankan. Sebab, bukan tidak mungkin akan terjadi kluster pusat belanja, terutama di masa penyebaran varian delta.

"Di masa varian delta ini potensi kluster di mal jelas ada, dan itu yang merubah respon kita harus lebih kuat dan ketat," pungkasnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×