Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, termasuk penggunaan yang berlebihan, tidak sesuai indikasi medis, dan tidak tepat waktu memicu risiko resistensi antimikroba atau Antimicrobial Resistance (AMR). Fenomena ini dapat memperburuk infeksi pada pasien dan meningkatkan angka kematian secara signifikan.
Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, mengungkapkan bahwa AMR telah menjadi ancaman serius. Menurut data global pada tahun 2019, sekitar 1,2 juta kematian disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antimikroba.
Lebih memprihatinkan lagi, sebuah studi memperkirakan bahwa tanpa upaya pengendalian yang efektif, kematian akibat AMR dapat mencapai 10 juta per tahun pada 2050.
“Inilah alasan mengapa AMR disebut sebagai pandemi senyap,” jelas Prof. Dante dalam acara 'Navigating Antimicrobial Stewardship in Indonesia and Diabetic Foot Ulcer (DFU) Infections Management' pada Rabu (7/8).
Baca Juga: Selain Amoxicillin, Ini Berbagai Jenis Antibiotik, Dosis Antibiotik, & Efek Samping
Dalam sambutannya di rumah dinas Duta Besar Swedia di Jakarta, Prof. Dante menambahkan bahwa situasi AMR di Indonesia sangat memprihatinkan. Di negara ini, lebih dari 400 ribu orang meninggal akibat sepsis, dengan sekitar 34 ribu di antaranya disebabkan oleh resistensi antimikroba.
Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online, 25 persen kematian akibat sepsis terjadi pada pasien rawat inap pada tahun 2023, dengan Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah kasus tertinggi.
Untuk mengatasi ancaman ini, Prof. Dante menekankan bahwa prinsip pengendalian AMR adalah pencegahan infeksi serta penerapan penggunaan antimikroba secara bijaksana, yang dikenal dengan penatagunaan antimikroba (antimicrobial stewardship).
Kementerian Kesehatan aktif dalam mempromosikan pengendalian AMR untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan dan regulator.
Baca Juga: 4 Minuman yang Tidak Boleh Dikonsumsi Setelah Minum Obat, Catat ya!
“Inisiatif GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) juga merupakan bagian penting dari upaya ini,” tambah Prof. Dante.
GeMa CerMat adalah inisiatif bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya penggunaan obat yang benar, serta mendorong perubahan perilaku dalam memilih dan menggunakan obat secara tepat.
Prof. Dante menekankan pentingnya pendekatan One Health serta keterlibatan mitra, sektor swasta, dan masyarakat dalam memperkuat penggunaan antimikroba yang bijak di Indonesia. Perjuangan melawan AMR bukan hanya tantangan ilmiah atau medis, melainkan juga tanggung jawab kolektif.
“Dengan kerja sama, kita dapat menjaga efektivitas penggunaan antimikroba dan melindungi kesehatan generasi mendatang,” tegas Prof. Dante.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News