kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Orang Tanpa Gejala Punya Kemampuan Menularkan Virus, Perketat Prokes


Jumat, 11 Februari 2022 / 06:20 WIB
Orang Tanpa Gejala Punya Kemampuan Menularkan Virus, Perketat Prokes


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Orang yang terpapar Covid-19 tanpa gejala atau OTG masih berkemampuan menularkan virus kepada orang lain. Terlebih apabila orang tersebut tidak menjalani isolasi mandiri.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, berdasarkan gejala klinisnya, kasus positif dapat dibagi menjadi kasus bergejala dan kasus tanpa gejala (asimptomatik).

"Yang tidak bergejala dan tidak diisolasi tetap mampu menularkan virus covid kepada orang lain," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/2).

Baca Juga: Puncak Kasus Omicron di Indonesia Akhir Februari, Bisa 340.000 Sehari

Lantaran tidak bergejala, mayoritas kasus tanpa gejala tidak dilakukan skrining. Pasalnya orang tersebut akan merasa dirinya sehat-sehat saja.

Wiku menjelaskan, merujuk pada hasil penelitian, secara global jumlah kasus positif tanpa gejala lebih sedikit persentasenya daripada kasus yang bergejala. Seperti temuan dari Bymbasuren dkk serta Garcia dkk di tahun 2020. Selain itu mayoritas ahli sepakat bahwa kasus dengan gejala yang jelas masih lebih menular dibandingkan kasus tanpa gejala.

Studi lainnya menunjukkan peluang terpapar pada kontak erat kasus positif tanpa gejala akan menjadi 3%-25% lebih rendah daripada kontak erat kasus positif yang bergejala. Hal ini disebabkan gejala seperti batuk dan bersin dapat memperbesar peluang penularan dibanding pada orang yang tidak batuk atau bersin.

"Di Tiongkok, delapan studi menyebut orang tanpa gejala dapat menyumbangkan sekitar 24% dari keseluruhan penularan yang terjadi di populasi," imbuhnya.

Baca Juga: Jubir Satgas Penanganan Covid-19: DKI Jakarta Masih Mendominasi Kasus Nasional

Teknologi saat ini belum ada yang memiliki kemampuan untuk mengetahui seberapa besar penularan dari orang bergejala dan tidak bergejala. Adapun metode PCR sejauh ini hanya dapat mengukur CT value atau jumlah virus yang berada dalam tubuh bukan kemampuan tingkat penularannya.

Maka Wiku menegaskan, hal yang bijak untuk mencegah potensi penularan dari OTG ialah tetap melaksanakan protokol kesehatan (Prokes) dengan disiplin seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan bagi mereka yang sehat ataupun sakit.

Selain itu, perlu adanya antisipasi keberadaan kasus tanpa gejala yaitu dengan meningkatkan rasio kontak erat atau jumlah orang yang diidentifikasi sebagai suspek kasus.

"Perlu dipertimbangkan juga ambang waktu yang tepat dan metode testing yang lebih akurat untuk melakukan testing sejak pertama kali terpapar untuk menjamin hasil tes yang keluar benar-benar akurat," ujar dia.

Kemudian, dilakukan surveilans aktif khususnya pada tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadi penularan/hotspot penularan seperti rumah sakit, kantor, maupun sekolah. "Sikap paling bijak adalah menerapkan protokol kesehatan 3M baik yang sehat atau sakit," tegasnya.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 10 Februari: Tambah 40.618 kasus, Sembuh 18.182, Wafat 74

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×