kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyigi kadar kolesterol sejak dini


Jumat, 23 September 2016 / 13:12 WIB
Menyigi kadar kolesterol sejak dini


Reporter: Avanty Nurdiana, Tendi Mahadi | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Gaya hidup dan pola makan tidak sehat acap menjadi pemicu munculnya aneka penyakit dalam tubuh. Selain berisiko mengalami kegemukan alias obesitas, kebiasan buruk tersebut juga bakal memicu naiknya kadar kolesterol.

Kadang orang tidak ngeh kolesterol tinggi menyerang. Bahkan menyepelekan dan menganggap tak akan membahayakan. Padahal, ada yang menyebut kolesterol tinggi itu seperti silent killer lantaran memicu munculnya penyakit berbahaya nan mematikan.

Kadar kolesterol tinggi dalam darah atawa hiperkolesterolemia bisa mengundang datangnya penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan stroke. Maka, jangan remehkan dan ada baiknya kenali gejala kolesterol tinggi serta rutin mengecek kadar kolesterol dalam darah.

Pola hidup kurang sehat memang memberi kontribusi paling besar naiknya kadar kolesterol. Apalagi, intensitas dalam mengkonsumsi makanan lebih sehat yang memiliki kandungan serat  tinggi seperti sayur atau buah, sangat kurang.

Lebih-lebih kalau ditambah malas beraktivitas fisik seperti berolahraga. Potensi meningkatnya kadar kolesterol dalam darah akan bertambah besar.

Seorang dikatakan memiliki kolesterol normal jika kadarnya di kisaran 160 mg-200 mg. Apabila melebihi 240 mg maka perlu diawasi dan segera diturunkan karena akan berbahaya bagi tubuh.

Kegemukan memang lebih berisiko mengidap kolesterol tinggi. Tapi, bukan berarti seseorang yang memiliki berat badan ideal tak berisiko sama sekali terkena penyakit kolesterol.

Dus, sebaiknya lebih dini mendeteksi agar terhindar dari penyakit lebih berbahaya. Minimal pada usia 20 tahun seseorang bisa memulai tes kadar kolesterol dalam tubuh. Apalagi jika mereka perokok, keluarga memiliki riwayat tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes. Namun apabila tidak merokok dan tidak mengidap penyakit tersebut maka cek rutin kadar kolesterol bisa dimulai sejak usia 35 tahun.

Jika kondisi normal, ada baiknya cek kolesterol diulangi setiap lima tahun sekali. Sebaliknya, jika memiliki tingkat kolesterol tinggi sebaiknya diulangi sesering mungkin. Terlebih jika mengidap penyakit diabetes, jantung dan gangguan ginjal.

Sebab kolesterol tinggi tidak menunjukkan tanda-tanda khusus. Gejala yang ditunjukkan hanya seperti rasa pegal, sakit pada tengkuk atau bagian kepala belakang. Pegal mencapai pundak, kaki bengkak, mudah lelah dan mengantuk.

Antisipasi penyakit

Sebagai pencegahan, untuk menghindari kolesterol tinggi, mulailah dengan menjaga asupan makanan. Jangan terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi lemak seperti makanan cepat saji. Serta melakukan aktivitas fisik.

Ahli Gizi Wardina Humayrah menyebut untuk menjaga kadar kolesterol dalam batas normal, Kementerian Kesehatan sudah mensosialisasikan pedoman gizi seimbang. Diantaranya dengan membatasi makanan dengan kadar lemak dan gula yang tinggi.

Dia juga menyarankan untuk memperbanyak asupan sayur dan buah. "Sebaiknya konsumsi tiga porsi buah setiap hari atau setara dua buah pisang ambon ukuran sedang serta tiga mangkuk sedang sayur tanpa kuah," ujar dia.

Wardina juga menganjurkan mengonsumsi makanan yang lebih variatif. Termasuk dengan mulai mengatur asupan karbohidrat yang lebih kompleks seperti beras merah dan oat. Tak kalah penting, jangan malas beraktivitas fisik secara rutin.

Tak perlu langsung berolahraga berat, namun bisa dilakukan secara perlahan dan bertahap. "Juga selalu pantau berat badan agar tetap normal," saran Wardina.

Dokter Dumilah Noviana Klinik Pala Medika, Depok menambahkan, kolesterol tinggi dan penyakit komplikasi juga bisa karena faktor genetika. "Banyak kasus kolesterol tinggi dan berat badan berlebih bisa dirunut dari silsilah keluarga," papar dia.

Biasanya, orangtua yang memiliki riwayat kolesterol tinggi juga bisa menurunkan gejala serupa ke anaknya. "Dengan begitu, sebaiknya memeriksa kadar kolesterol jangan ditunda-tunda," kata Dumilah. Begitu juga orangtua yang memiliki berat badan berlebih atau sudah menerima vonis memiliki kandungan kolestorol tinggi, sebaiknya periksakan anak untuk mengantisipasi kemungkinan diturunkannya penyakit itu.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×