kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia, Pemerintah Perlu Jurus Khusus


Selasa, 06 September 2022 / 10:55 WIB
Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia, Pemerintah Perlu Jurus Khusus
ILUSTRASI. Rokok.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu mengatakan, Indonesia memiliki jumlah perokok sebanyak 69 juta orang.

Hal tersebut menyebabkan dampak terhadap kesehatan masyarakat, tingginya jumlah perokok berimplikasi dalam aspek sosial ekonomi. Alasannya, Pemerintah pun menghadapi beban anggaran kesehatan akibat kebiasaan merokok.

“Dari perspektif kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi, (hal ini) memerlukan strategi maupun intervensi serta kebijakan yang akan memungkinan dalam menurunkan prevalensi perokok di Indonesia,” ujar Tikki melalui keterangan tertulis, Jumat (2/9).

Isu ini menjadi pembahasan dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Alomedika bertemakan Reducing the Harm of Smoking: Is Tobbaco Harm Reduction Feasible?

Baca Juga: Sinyal Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau pada Tahun Depan Semakin Kuat

Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan pemerintah saat ini adalah menerapkan konsep pengurangan bahaya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif.

Produk tembakau alternatif tersebut berupa produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun kantong nikotin.

“Intervensi melalui produk-produk yang menerapkan konsep pengurangan bahaya itu lebih efektif dibandingkan produk-produk seperti nicotine replacement therapy dalam membantu mereka yang mau berhenti merokok," kata Tikki.

Produk tembakau alternatif, menurutnya, akan semakin lebih efektif menekan prevalensi perokok.

Hal ini dapat terwujud apabila pemerintah memberikan kemudahan akses dan memperluas diseminasi informasi akurat kepada para perokok dewasa.

Dengan begitu, semakin banyak perokok dewasa yang kesulitan berhenti merokok akan beralih ke produk tembakau alternatif dan penjualan rokok juga akan mulai turun.

“Itu adalah strategi kunci untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks ini. Produk hasil pengembangan teknologi dan inovatif seperti ini memiliki potensi sangat besar,” ungkap dia.

Dokter spesialis onkologi dari Inggris, Peter Harper menambahkan, sumber ragam penyakit dari rokok terdapat pada asapnya yang merupakan hasil proses pembakaran.

Pada asap rokok mengandung sekitar 5 ribu senyawa kimia, di mana sekitar 80 diantaranya bersifak toksik hingga dapat memicu timbulnya kanker. “Anda merokok untuk nikotin, tetapi meninggal karena asapnya,” kata Harper.

Baca Juga: Hanya Diatur Cukainya, Bisnis Vape Tetap Punya Pasar yang Luas

Harper menyarankan perokok dewasa agar berhenti merokok. Apabila kesulitan berhenti langsung, maka produk tembakau alternatif adalah opsinya.

Sebab, produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik menerapkan sistem pemanasan, bukan pembakaran seperti pada rokok.

Dengan penerapan sistem kerja tersebut, produk tembakau alternatif tidak menghasilkan asap dan abu.

“Berhenti langsung adalah pilihan terbaik. Apabila strategi saat ini belum berhasil, produk inovatif dapat membawa solusi untuk membantu mereka yang kesulitan untuk berhenti merokok sekaligus mengurangi dampaknya terhadap kesehatan," pungkas Harper.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemerintah Perlu Strategi dalam Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×