kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengocok alpukat dan susu menjadi sumber penghasilan


Sabtu, 28 April 2018 / 14:30 WIB
Mengocok alpukat dan susu menjadi sumber penghasilan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Mampu diakses oleh jutaan orang dalam waktu singkat, media sosial mempunyai kekuatan untuk mempopulerkan suatu produk. Salah satu contohnya, es alpukat kocok yang viral menyusul popularitas es kepal Milo asal Malaysia. 

Kini, es alpukat kocok yang juga sering disebut es pokat kocok ikut menjadi buruan konsumen. Penjualnya pun terus menyunggingkan senyum manis lantaran es asal Medan ini mampu mengusik rasa penasaran banyak orang, hingga penjualan selalu ramai. 
 
Seperti Murisa Musanti Putri, yang membuka gerai Pokat Kocok Konco Dewe di Solo, Jawa Tengah. Dia baru membuka gerainya sekitar sebulan lalu. 
 
Di luar dugaan, pembeli menyerbu es pokat kocok.  Hanya dalam empat jam, gerai Murisa sudah menghabiskan 20 kilogram (kg) alpukat. "Saya tidak pernah membayangkan bila sampai ada antrean untuk menikmati satu gelas alpukat kocok," ujarnya pada KONTAN. 
 
Seperti namanya, es pokat kocok ini menggunakan alpukat sebagai bahan baku utama. Alpukat tumbuk yang sudah halus itu lantas dituang dalam gelas berisi es batu. Lalu, ditambahkan air gula dan susu kental manis, atau isian lainnya yang menjadi ciri khas penjual.
 
Murisa menggunakan alpukat biasa. Ia tak memilih alpukat mentega karena menurutnya rasa pahit dari alpukat itu bisa merusak rasa. Berbeda dengan penjual es pokat kocok lainnya, Murisa menggunakan gula jawa. Ia juga menambahkan taburan topping, seperti coklat Cocolatos, meses, atau chocochip. Harga jual es pokat kocok ini Rp 7.000 sampai Rp 10.000 per porsi.   
 
Pedagang lainnya yang menuai untung besar adalah Damar Banyu Kencana asal Yogyakarta. Lebih dulu dari Murisa, Damar sudah membuka gerai Es Mendunia yang menyajikan es pokat kocok ini sejak Juni 2017. 
 
Tak pernah surut, Damar melihat penjualannya terus meningkat. Saban hari, dia bisa menghabiskan sekitar 75 kg buah alpukat.
 
Agar nampak berbeda, Damar membuat variasi menu dengan rasa coklat, greentea, keju dan vanila. Untuk harganya dibanderol Rp 12.000 per porsi. Berbeda dengan sebelumnya, dia menggunakan campuran alpukat biasa dan alpukat mentega untuk produknya. 
 
Menjelang bulan puasa, laki-laki yang lebih akrab disapa Adam ini memperkirakan penjualannya bakal naik. Karena banyak pelanggannya akan membeli es pokat sebagai menu takjil alias menu pembuka sebelum konsumsi makanan berat.
 
Memenuhi permintaan tersebut, dia menjalin kerjasama dengan pemasok alpukat. Sayangnya, meski tinggal sebulan lagi, Damar belum menghitung perkiraan kenaikan stok alpukat untuk Ramadhan. Ia pun optimistis bisa memenuhi permintaan lantaran tak ada kendala dalam menjalankan bisnisnya. Bahkan, saat cuaca ekstrem pun penjualannya tak terpengaruh.                   

Popularitas es pokat kocok semakin pekat

Es alpukat kocok, yang menggunakan bahan baku buah alpukat segar sedang banyak digemari. Selain rasanya yang enak, alpukat yang kaya dengan kandungan lemak baik juga bisa mendukung kesehatan.  
 
Meski saat ini viral di media sosial, tren dessert asli Indonesia ini diprediksi bakal bertahan lama. Rasa gurih alpukat yang bercampur dengan susu kental manis disukai semua kalangan, dari anak kecil hingga orang dewasa.
 
Murisa Musanti Putri, pemilik Pokat Kocok Konco Dewa asal Solo, Jawa Tengah pun mengamini hal tersebut. Dia optimistis, menu ini bakal bertahan di tengah-tengah banyaknya jenis minuman baru yang masuk ke pasaran.
Inovasi dan kreasi menu menjadi poin penting yang harus dilakukan supaya bisnis tetap eksis. Ragam tambahan taburan disiapkan untuk menambah nikmatnya rasa es alpukat kocok. 
 
Selain itu, untuk menjaga stok alpukat tetap aman setiap bulannya, Murisa menjalin kerjasama dengan pemasok buah yang ada di beberapa kota. Sekarang, dia masih mengambil alpukat dari Pasar Gede, Solo, karena jumlahnya yang melimpah. 
 
"Mereka berani menjamin bila saya akan tetap mendapatkan buah alpukat. Harganya saja nanti jadi mahal bila diluar musim panen," katanya.
 
Kendala yang dirasakannya saat ini adalah cuaca yang tidak menentu. Efeknya, penjualan menurun saat hujan datang. Maklum saja, menu ini memang lebih pas dikonsumsi saat cuaca sedang terik. 
 
Dianggap sebagai usaha yang menjanjikan, pemain baru pun ramai bermunculan. Namun, perempuan berhijab ini belum merasakan adanya angin persaingan. Sebagai antisipasi, dia menjaga  kualitas produk dan memberikan harga yang terjangkau untuk menarik konsumen kembali. 
 
Damar Banyu Kencana, pemilik Es Mendunia asal Yogyakarta juga punya anggapan yang sama. Bisnis es alpukat kocok bakal tetap  bertahan hingga beberapa tahun nanti. Sebab, menurut dia, jenis es ini sudah mempunyai tempat tersendiri di hati konsumen. 
 
Urusan bahan baku, dia juga menggandeng pemasok buah untuk memastikan kebutuhannya selalu terpenuhi. Harga buah naik harus diterima bila stok mulai menipis. Tapi, dia tidak lantas mengerek harga jualnya. Damar akan memotong porsi untung yang dikantonginya. 
 
Kemunculan pemain baru, dianggapnya sebagai hal biasa. "Yang pertama tetap berkenan di hati, lagipula harga jual saya beda dengan lainnya," katanya. Asal tahu saja, laki-laki yang lebih akrab disapa Adam ini mengklaim dirinya adalah pioner penjual es alpukat kocok di wilayah Yogyakarta. 
 
Menurut dia, menu makanan penutup khas Indonesia lainnya seperti es teler dan es campur juga dapat viral di media sosial, asalkan diberikan sentuhan yang baru dan berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×