kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengenal parosmia, gangguan rasa dan penciuman pasca sembuh dari Covid-19


Senin, 21 Desember 2020 / 11:57 WIB
Mengenal parosmia, gangguan rasa dan penciuman pasca sembuh dari Covid-19
ILUSTRASI. Sejumlah laporan menyebut ada beberapa efek samping yang bisa bertahan dalam jangka panjang akibat corona. REUTERS/Benoit Tessier


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca sembuh dari Covid-19, seseorang tak lantas bisa langsung bernapas lega. Pasalnya, sejumlah laporan menyebut ada beberapa efek samping yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Salah satunya masalah di indra penciuman atau yang dikenal dengan istilah parosmia. 

Parosmia adalah hilangnya kemampuan untuk mengenali aroma makanan atau minuman secara tepat karena terjadi distorsi pada indera penciuman.

Pakar penyakit infeksi saraf dari Colorado's UCHealth Dr.David Beckham mengatakan, bentuk efek samping neurologis tersebut umumnya ditemukan dalam penelitian yang lebih besar. 

Dia memperkirakan kira-kira 25% dari pasien yang ditemuinya melaporkan mengalami parosmia. Kondisi ini membuat mereka tidak bisa mengenali aroma atau rasa. 

Menurut Beckham, berdasarkan penelitian, kondisi itu terjadi setelah virus SARS-CoV-2 merusak saraf di area sinus. Akibatnya jalannya sinyal saraf sensorik di hidung ke otak terganggu. 

Baca Juga: Sudah pernah terinfeksi corona, perlukah disuntik vaksin Covid-19?

“Kami tidak sepenuhnya paham mengapa ada yang mengalami parosmia dan ada yang tidak," ungkap Beckham kepada WKRG. 

Dirinya menambahkan, parosmia dapat pulih seiring berjalannya waktu. Tapi tergantung dari seberapa banyak cedera yang terjadi pada saraf. 

Sementara itu, ahli diet Amanda Frankeny mengaku pernah mengalami kondisi ini kira-kira seminggu setelah gejala Covid-19 pertamanya muncul pada bulan Maret. 

“Saya mulai memerhatikan hal-hal yang terasa tidak enak. Saya tidak bisa mencium apapun, rasa cokelat seperti daging merah dan jadi menghilang,” kata Frankeny.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Parosmia, Gangguan Rasa dan Penciuman Setelah Sembuh dari Covid-19"
Penulis : Maria Adeline Tiara Putri
Editor : Lusia Kus Anna

Selanjutnya: Jumlah pasien Covid-19 di Depok capai titik tertinggi usai rekor 309 kasus baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×