kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Mengenal evali, penyakit paru akibat vape


Senin, 03 Februari 2020 / 13:41 WIB
Mengenal evali, penyakit paru akibat vape
ILUSTRASI. Pekerja menata botol berisi cairan rokok elektronik (vape) di Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/11). Vape diketahui dapat menyebabkan evali yang bisa berakibat fatal.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rokok elektronik atau vape selama ini dipasarkan sebagai alternatif rokok konvensional yang lebih sehat. Namun, bukti-bukti belakangan ini menunjukkan vape tidak lebih sehat, bahkan diketahui dapat menyebabkan evali yang bisa berakibat fatal. Evali, (singkatan dari e-cigarette or vaping, product use associated lung injury) merupakan penyakit paru akut yang disebabkan oleh menghirup aerosol (biasanya berasal dari rokok elektronik atau pena vape).

Memang para ahli belum yakin benar penyakit ini akibat vape, tetapi 80 persen pasien evali mengaku merupakan perokok vape yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC) atau cannabidiol (CBD). Gejala evali seperti infeksi paru, yaitu demam, kelalahan, sulit bernapas sehingga butuh alat bantu napas dan perawatan di ruang intensif.

Penyakit ini juga memberikan respons terhadap pemberian antibiotik. Penyakit ini masih terdengar asing, tetapi pada Desember 2019 Pusat Pengendalian Penyakit (CDC AS) melaporkan ada lebih dari 40 kematian yang terkait dengan penggunaan vape secara berlebihan.

Baca Juga: Merokok dan kesedihan begitu erat, itu kesimpulan peneliti di Harvard

Untuk memastikan apakah gejala gangguan paru yang dirasakan adalah evali, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen. Para ahli menduga peningkatan itu terjadi karena meluasnya legalisasi ganja dan masyarakat menganggap merokok vape sebagai hal yang biasa.

Walau dinamakan rokok, cairan vape yang dipakai tidak cuma nikotin, tapi juga perasa, bahkan ganja. Penelitian terbaru juga menemukan ada produk cairan vape yang mengandung vitamin E asetat dalam dosis tinggi.

Vitamin E memang tidak berbahaya, tetapi cairan mirip minyak yang diklaim mengandung vitamin E ini terkait erat dengan gejala penyakit paru. Faktor yang mencemaskan dari fenomena ini adalah banyak pengguna vape adalah remaja.

Baca Juga: CDC: Hindari penggunaan ganja dalam vape

Pemakaian ganja dan nikotin pada remaja dapat memicu gangguan memori dan merusak perkembangan otak. Selain itu, kebiasaan untuk menghisap vape pun akan sulit dihilangkan. Orang muda yang menggunakan rokok elektronik cenderung akan merokok rokok konvensional di kemudian hari. Itu sebabnya CDC mengimbau untuk menghindari rokok elektronik, terutama pada remaja.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Evali, Penyakit Paru akibat Vape.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×