kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

​Mengenal badai sitokin, yang sempat dialami Raditya Oloan sebelum meninggal


Jumat, 07 Mei 2021 / 09:38 WIB
​Mengenal badai sitokin, yang sempat dialami Raditya Oloan sebelum meninggal


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Suami artis peran Joanna Alexandra, Raditya Oloan, meninggal dunia pada Kamis (6/5/2021) pukul 18.13 WIB.

Sebelum meninggal dunia, Raditya Oloan diketahui mengalami kondisi badai sitokin (cytokine strom). 

Hal itu diungkapkan Joanna pada unggahan di Instagram, Rabu (5/5/2021). 

"Dia mengalami badai sitokin yang menyebabkan hiper-inflamasi di seluruh tubuhnya," tulis Joanna seperti dikutip Kompas.com

Kondisi badai sitokin diketahui terjadi usai Raditya Oloan dinyatakan negatif Covid-19. Lantas, apa itu badai sitokin?

Baca Juga: Ini 15 makanan yang baik untuk kesehatan usus

Mengenal badai sitokin

Badai Sitokin dikenal juga dengan istilah Sindrom Sitokin Rilis (CRS) atau Sindrom Badai Sitokin (CSS) adalah terjadinya Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) yang dapat dipicu oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah infeksi oleh virus. 

Secara singkat badai sitokin adalah rangkaian respons imun yang berlebihan yang dapat menyebabkan masalah serius. 

Dikutip dari Very Well Health, sistem kekebalan mengandung banyak komponen berbeda yang membantu tubuh melawan infeksi termasuk sitokin.  Sitokin adalah protein sistem kekebalan tubuh yang mengatur interaksi antar sel dan memicu reaktifitas imun, baik pada imunitas bawaan maupun adaptif.

Baca Juga: Bisa bikin makin cerdas, ini deretan manfaat tidur untuk buah hati

Dalam keadaan normal, sitokin ini membantu mengoordinasikan respons sistem kekebalan untuk menangani zat yang dapat menyebabkan infeksi, seperti virus atau bakteri. 

Sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi. Masalahnya adalah terkadang respons peradangan tubuh tidak terkendali dan menyebabkan lebih banyak kerusakan. 

Saat terjadi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Pada kasus infeksi Covid-19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi tampaknya terlibat dalam perkembangan sindrom gangguan pernapasan akut, penyebab utama kematian pada orang yang menderita penyakit Covid-19.

Baca Juga: Seberapa ampuh vitamin D dalam mencegah Covid-19?

Gejala badai sitokin

Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala berbeda. Terkadang hanya gejala ringan seperti flu. Di lain waktu, gejala badai sitokin bisa parah dan mengancam jiwa. 

Berikut beberapa gejala badai sitokin:  

  • Demam dan menggigil
  • Kelelahan
  • Pembengkakan 
  • Mual dan muntah
  • Nyeri otot dan persendian
  • Sakit kepala
  • Ruam
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Nafas cepat
  • Kejang
  • Kesulitan mengoordinasikan gerakan
  • Kebingungan dan halusinasi
  • Kelesuan dan daya tanggap yang buruk

Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi gejala badai sitokin yang parah lantaran jantung mungkin tidak memompa darah sebaik biasanya. 

Akibatnya, badai sitokin dapat memengaruhi banyak sistem organ, berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

Selanjutnya: Pasien sembuh dari Covid-19 berisiko alami penggumpalan darah, waspada!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×