Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Ketika baru lahir, umumnya kulit bayi masih terlihat menguning atau kita biasa sebut dengat bayi kuning.
Bayi kuning (Neonatal jaundice) adalah kondisi yang umum dialami bayi baru lahir. Pada umumnya kondisi ini ditandai dengan warna kulit atau bagian putih mata bayi menjadi kuning.
Meskipun tidak berbahaya, kondisi bayi kuning perlu diwaspadai orangtua jika buah hati menunjukkan kondisi yang tidak kunjung membaik.
Bersumber dari situs Rumah Sakit Siloam, Ikterus neonatorum atau bayi kuning adalah sebutan bagi bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning.
Baca Juga: Ingin Menambah Bobot Anak? 5 Makanan Ini Bisa Menambah Berat Badan Anak Secara Alami
Penyakit kuning sendiri adalah perubahan warna pada kulit dan mata bayi menjadi kuning. Kondisi ini umumnya bisa menghilang dengan sendirinya atau melalui pengobatan ringan selama 1-2 minggu.
Namun jika lebih dari waktu tersebut dan tidak membaik, bisa menjadi tanda penyakit serius seperti kerusakan otak, gangguan pendengaran, atau cerebral palsy.
Penyebab bayi kuning
Penyebab bayi kuning adalah penumpukan bilirubin pada darah bayi. Bilirubin merupakan zat kuning yang berasal dari proses penghancuran sel darah merah secara alami.
Hal ini biasa terjadi karena fungsi hati bayi yang belum bisa bekerja secara maksimal. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi terlahir dengan penyakit kuning, yaitu:
1. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir secara prematur memiliki risiko tinggi mengalami kondisi bayi kuning.
Hal ini dikarenakan organ hati pada bayi prematur belum matang sehingga belum mampu mengeluarkan bilirubin secara maksimal, akibatnya terjadi penumpukan bilirubin yang kemudian muncul dengan ciri kulit dan bagian putih mata yang menguning.
2. Golongan darah ibu dan bayi berbeda
Perbedaan rhesus (Rh) darah antara ibu dan bayi membuat tubuh ibu menghasilkan antibodi yang dapat melawan sel darah merah bayi.
Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan perombakan sel darah merah pada bayi sehingga terjadi penumpukan bilirubin dalam darah bayi. Hal ini dapat dicegah dengan menyuntikkan Rh immune-globulin kepada ibu.
3. Kekurangan cairan
Kondisi bayi kuning dapat disebabkan oleh kekurangan cairan. Kurangnya asupan cairan pada tubuh bayi menyebabkan kadar bilirubin dalam darah meningkat, sehingga bayi mengidap penyakit kuning.
4. Infeksi
Penyakit kuning pada kondisi bayi yang sehat baru akan muncul 2-3 hari setelah kelahiran. Apabila bayi mengalami masalah ini kurang dari satu hari setelah lahir, ada kemungkinan disebabkan oleh infeksi, kekurangan enzim, atau gangguan sistem pencernaan.
Baca Juga: Catat 6 Manfaat Buah Salak Untuk Kesehatan, Catat Ya!
5. Nutrisi tidak tercukupi
Penyebab bayi kuning selanjutnya adalah nutrisi yang tidak terpenuhi. Apabila ASI yang dihasilkan oleh ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, bayi dapat mengalami dehidrasi dan kekurangan asupan kalori harian.
Hal ini dapat mengakibatkan tubuh bayi kekurangan cairan dan terjadi penumpukan bilirubin pada darah bayi. Sehingga muncul perubahan warna kuning pada kulit dan mata.
Perlu diwaspadai bahwa jika kadar bilirubin berlebih di dalam darah dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
1. Ensefalopati bilirubin akut yang terjadi ketika bilirubin dalam darah memasuki area otak, hal ini dapat merusak sel-sel otak. Beberapa gejala yang muncul akibat kondisi ini di antaranya:
- Demam dan muntah.
- Kesulitan menghisap ASI.
- Sulit dibangunkan.
- Tampak lesu.
- Lebih sering rewel dan gelisah.
- Leher dan tubuh melengkung ke belakang.
2. Kernicterus atau kerusakan otak permanen terjadi akibat ensefalopati bilirubin akut yang tidak ditangani dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi kehilangan pendengaran dan menghambat pertumbuhan gigi.
Ciri-ciri bayi kuning
Beberapa gejala atau ciri-ciri yang ditunjukkan oleh bayi kuning yang perlu diperhatikan orangtua yakni sebagai berikut:
- Perubahan warna mata dan kulit bayi menjadi kuning, dimulai dari wajah, dada, perut, kemudian kaki.
- Urine berwarna gelap atau kuning pekat.
- Feses bayi berwarna lebih pucat.
Gejala tersebut umumnya muncul setelah 2-3 hari setelah bayi dilahirkan. Gejala ini dapat diketahui dengan menekan lembut dahi atau hidung bayi.
Apabila tampak menguning, maka ada kemungkinan bayi mengalami penyakit kuning tingkat ringan.
Baca Juga: Catat, 7 Gejala Kanker Menurut Kemenkes yang Perlu Diwaspadai
Cara mengatasi bayi kuning
Kebanyakan kasus bayi kuning tidak memerlukan perawatan khusus karena dapat menghilang dalam 10-14 hari.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar bilirubin berlebih dalam darah, maka diperlukan penanganan khusus. Beberapa cara mengatasi bayi kuning adalah sebagai berikut:
1. Memberikan ASI
Ibu dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif secara rutin kepada bayi pengidap penyakit kuning agar bilirubin dapat dikeluarkan melalui kotoran. Intensitas menyusui bayi yang disarankan adalah 8-12 kali sehari.
Apabila bilirubin berhasil keluar bersama kotoran, nantinya warna feses akan tampak lebih kecoklatan atau kekuningan. Kondisi ini tidak berbahaya bahkan cukup normal.
2. Fototerapi
Cara mengatasi bayi kuning selanjutnya adalah dengan melakukan metode fototerapi. Fototerapi adalah prosedur yang dilakukan dengan cara menyinari tubuh bayi dengan lampu bili-light atau bili-blanket. Tujuannya adalah membantu mengeluarkan kelebihan bilirubin di dalam tubuh bayi.
Selama prosedur dilakukan, bayi akan dibiarkan telanjang dengan kedua mata ditutup agar sinar fototerapi dapat mengenai seluruh tubuhnya.
Sinar dari fototerapi akan diserap oleh kulit untuk membantu mengubah bilirubin dalam bentuk urine dan feses supaya lebih mudah dikeluarkan oleh bayi.
3. Transfusi darah
Jika kadar bilirubin dalam darah tetap meningkat setelah dilakukan fototerapi, maka cara berikutnya yang bisa dilakukan untuk mengatasi bayi kuning adalah transfusi darah.
Prosedur ini dilakukan dengan mengganti darah bayi dengan darah yang mengandung kadar bilirubin normal. Menurut penelitian, prosedur ini lebih minim efek samping untuk mengobati bayi kuning.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News