kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih pandemi, sejumlah direksi BUMN ini tahan diri untuk mobilitas saat Idul Fitri


Senin, 10 Mei 2021 / 10:01 WIB
Masih pandemi, sejumlah direksi BUMN ini tahan diri untuk mobilitas saat Idul Fitri
ILUSTRASI. Jalanan sepi jelang Lebaran


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung, bahkan varian mutasi virus corona mulai masuk. Untuk mencegah penyebaran dan risiko penularan virus, pemerintah pun memilih untuk melarang mudik Lebaran di tahun ini. 

Masyarakat juga diminta untuk menahan diri dengan membatasi mobilitas saat masa hari raya Idul Fitri tiba.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra mengatakan, momentum Idul Fitri biasanya menjadi ajang untuk berkumpul bersama keluarga besar dan berkunjung ke handai tolan. Namun dalam dua tahun ini yang bertepatan dengan pandemi Covid-19, Irfan memilih menahan diri dengan berkumpul dan memilih hanya merayakan Lebaran dengan keluarga inti saja. 

"Sudah dua tahun ya Lebaran dengan keluarga inti saja. Agak aneh (dibandingkan rutinitas lebaran di masa normal), tapi ya dinikmati. Yang terpenting harus menahan diri dan mensyukuri," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Hal senada juga dilakukan oleh Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Silmy Karim. Sebelum pandemi, Silmy bersama keluarga biasanya memanfaatkan momentum ini untuk berlibur. 

Misalnya, tiga tahun sebelum pandemi, Silmy berlibur sekalian mengunjungi anaknya yang sedang belajar di Inggris. 

Baca Juga: Pandemi belum usai, Lebaran di rumah saja dan tak menggelar open house

"Semenjak Covid-19 di tahun lalu, kami nggak kemana-mana, hanya ke rumah orang tua saja. Taat aturan pemerintah dalam mengurangi risiko penyebaran Covid-19. Rencananya (Idul Fitri 2021) hanya ke tempat orang tua untuk makan bersama keluarga inti," jelas dia. 

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN Bob Saril pun memilih tidakk menjalankan tradisi mudik. Sebagai gantinya, Bob lebih berkonsentrasi memaksimalkan 10 hari terakhir di bulan Ramadan untuk menambah intensitas ibadah. 

Menyiasati kondisi ini, Bob dan keluarga memanfaatkan media komunikasi digital untuk bersilaturahmi. Dengan begitu, kehangatan bersama keluarga pun tetap bisa terawat. Jika ada keluarga yang bertandang, maka protokol kesehatan (prokes) tetap wajib diterapkan.

"Lebaran di Jakarta hampir sama. Namun memang kami membatasi untuk berkumpul. Berkumpul via online zoom dan WA grup video call. Kami juga mensyaratkan menggunakan masker bagi setiap keluarga yang mau mampir, dan juga selalu prokes lainnya," ungkap Bob.

Guru Besar Kesehatan Masyarakat Univesitas Indonesia Hasbullah Thabrany mengamini, menjadi prediksi yang logis jika saat Idul Fitri nanti masih banyak masyarakat yang akan berkumpul. 

Dia memberikan catatan, berkumpul bisa tetap aman sejauh ada komitmen untuk disiplin menjalankan prokes. Disiplin 3M tidak boleh lepas dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

"Juga menghindari kerumunan besar, dan tentunya mengingatkan yang lain bawah virus corona masih menjadi ancaman. Ketimbang nantinya berduka karena terkena Covid-19. Lebih baik berkumpul dengan jarak yang memadai, disiplin prokes," kata Hasbullah.

Baca Juga: Penambahan kasus Corona akan terlihat 2 pekan setelah Lebaran

Jika kawasan rumah kecil dan tidak memungkinkan untuk menjaga jarak, Hasbullah menyarankan kumpul keluarga mesti dilakukan bergiliran. Jangan semua memaksakan berkumpul pada waktu yang sama.

Saat interaksi dengan intensitas tinggi, mengganti masker pun harus lebih disiplin. Sebab jika virus sudah terakumulasi di dinding masker, maka sifat proteksinya bisa saja jebol. Selanjutnya, mesti diingatkan kepada setiap orang untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan.

Penggunaan alat makan juga harus berhati-hati. Dari segi waktu, berkumpul dengan keluarga pun disarankan tidak terlalu lama untuk mengurangi risiko penularan virus. 

"Memang harus disiplin. Kita sudah saksikan tempat-tempat ibadah, misalnya saat Shalat Jumat, masjid-masjid yang disiplin tidak terjadi apa-apa," pungkas Hasbullah.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Lagi, Telkomsel benamkan dana investasi sebesar US$ 300 juta di Gojek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×