Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
jakarta. Anda pasti tahu istilah mens sana in corpore sano alias di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa kuat. Salah satu indikator tubuh sehat adalah memiliki pencernaan yang lancar. Hal ini tentu tak lepas dari keberadaan serat sebagai faktor kunci bagi kesehatan pencernaan.
Sayangnya, kebanyakan orang hanya mengetahui serat bermanfaat melancarkan pencernaan. Padahal, serat juga memiliki peranan penting untuk menghindari penyakit. Sedikitnya, terdapat tujuh manfaat serat.
Antara lain, mencegah diabetes karena keampuhannya dalam memperlambat penyerapan gula di dalam kadar darah. Serat juga bisa mencegah ancaman serangan jantung karena dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
Beberapa penelitian melansir, mereka yang mengonsumsi serat sesuai kebutuhan berpotensi memiliki kesempatan hidup sembilan tahun lebih lama ketimbang orang yang tidak memenuhi kebutuhan serat harian. Bahkan, serat juga bisa mendukung program penurunan berat badan.
Data Puslitbang Kementerian Kesehatan, seperti disampaikan Ira Reverawati, Ahli Gizi RSUD Pasar Rebo menyebut, rata-rata konsumsi serat orang Indonesia 10,5 gram per hari. Padahal, kebutuhan serat yang dianjurkan berkisar 25 gram - 30 gram per hari.
"Manfaat serat ini tidak cuma untuk memperlancar buang air besar. Tapi, bisa mencegah kanker kolon, menurunkan kadar kolesterol, mencegah obesitas dan mengurangi risiko penyakit jantung," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (3/11).
Setali tiga uang, Wardina Humayrah, Ahli Gizi Independen menuturkan, kekurangan serat bakal memicu penumpukan lemak. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat seseorang mengalami kegemukan. Sehingga, kata Wardina, ada risiko menderita penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan kolesterol.
Adapun, sambung dia, mereka yang kelebihan serat dalam tubuh berpotensi terserang konstipasi. Namun, kasus ini hampir jarang terjadi. Sebab, konstipasi lebih sering terjadi sebagai akibat konsumsi air putih yang minim. Penyebab lain, kurangnya sumber makanan berserat kering atau yang sedikit kandungan cairan.
Yang patut diketahui, ada dua jenis macam serat. Pertama, serat larut dan kedua, serat tidak larut. Ketika mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat larut air, akan terjadi pembentukan gel di dalam lambung. Jenis serat ini sangat baik, terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan.
Sementara, serat tidak larut atawa insoluble fiber tidak dapat diserap oleh tubuh. Serat jenis ini justru akan menyerap air, sehingga membantu peristaltik usus besar yang nantinya akan difermentasi oleh bakteri probiotik usus yang kemudian dikeluarkan melalui feses.
Sumber serat
Menurut Wardina, sumber utama serat adalah sayur dan buah yang merupakan sumber serat larut dan tidak larut sekaligus. Sereal, seperti gandum, nasi dan oat pun merupakan sumber serat tidak larut yang baik dalam pencegahan kegemukan.
Namun, Ira mengingatkan, serat paling banyak berasal dari buah dan sayur-sayuran. Pir, misalnya, mengandung sekitar 5,5 gram serat dan apel mengandung 4,4 gram serat per buah jika dikonsumsi bersama dengan kulitnya.
Brokoli dan sayuran berdaun hijau, lanjut Ira, juga sangat baik dan penuh gizi. Brokoli dikenal bukan cuma sebagai pencegah kanker, tetapi mengandung banyak serat. Kandungan serat dalam satu cangkir brokoli rebus mencapai 5,1 gram. Nilai tambahnya, sayuran juga mengandung zat besi, beta-karoten, seperti bayam, lobak hijau, dan bit hijau.
Yang penting juga diperhatikan adalah cara mengonsumsi serat. Ira menyarankan mengonsumsi serat sebaiknya tidak menumpuk di pagi hari karena mengakibatkan kenyang. "Jadi, seimbang sumber seratnya, dan seimbang waktu mengonsumsinya," terang Ira.
Wardina punya strategi lain. Menurut dia, serat dapat dikonsumsi setiap waktu. Namun, ada baiknya proporsi sumber serat lebih banyak di malam hari. "Agar terhindar dari kebiasaan ngemil dan potensi naik berat badan. Ini juga bisa bikin lancar buang air besar di pagi hari," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News