kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Kemenkes imbau pentingnya kesehatan jiwa anak dan remaja saat pandemi Covid-19


Senin, 20 Juli 2020 / 15:56 WIB
Kemenkes imbau pentingnya kesehatan jiwa anak dan remaja saat pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Seorang murid baru tingkat Sekolah Dasar (SD) mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) secara daring dari rumahnya di Blitar, Jawa Timur, Senin (13/7/2020). Memasuki masa hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru 2020 ini, Kemendikbud hanya


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbicara kaitannya dengan kesehatan jiwa anak dan remaja di masa pandemi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Fidiansjah mengatakan bahwa, selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada anak yang tak dapat mengakses pembelajaran secara daring (online).

Ia menyebut dari data Wahana Visi Indonedia pada Mei 2020 lalu, mengenai minimnya fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring maupun luring (offline). Dimana terdapat 32% anak tidak mendapatkan program belajar daring yang efeknya harus belajar sendiri, sisanya 68% anak memiliki akses tersebut belajar secara daring.

"Kemudian, 37% anak tidak bisa mengatur waktu belajar, 30% anak kesulitan pahami pelajaran, dan bahkan 21% anak tidak memahami instruksi guru berdasarkan belajar daring," imbuhnya saat diskusi virtual BNPB dengan tema Status Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja di Masa Pandemi, pada Senin (20/7).

Baca Juga: BI prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 4,8%

Selain itu data menunjukkan bahwa 47% anak merasa bosan tinggal di rumah, 35% anak merasa khawatir ketinggalan pelajaran, kemudian ada 15% anak merasa tidak aman.

Sementara itu anak merasa takut terkena penyakit termasuk Covid-19 meski sudah ada di rumah sebanyak 34%. Fidiansjah juga menyebut ada 20% anak merindukan teman-temannya, dan 10% anak merasa khawatir tentang penghasilan orang tua dan kekurangan makan.

"Data lain 11% alami kekerasan fisik karena proses belajar yang tidak lazim, dan 62% anak alami kekerasan verbal. Nah dari prototype itu menggambarkan betapa tinggi persoalan jiwa anak dan remaja pada masa pandemi kalau tidak diantisipasi dengan cepat," jelasnya.

Tak hanya itu, kesehatan jiwa anak dan remaja di tengah pandemi disebutnya juga perlu diperhatikan. Hal tersebut lantaran melihat dari berpengaruhnya kesehatan jiwa pada imunitas seseorang terutama anak-anak.

"Agar bagaimana masyarakat tahu betul bahwa tidak hanya tentang bahaya Covid dari aspek fisik tapi di balik itu tadi kita sudah mencoba mengingatkan ada soal kesehatan jiwa yang harus mereka juga perhatikan," terangnya.

Baca Juga: BKPM pastikan investasi di Indonesia bagian tengah tetap bergairah

Berdasarkan data Satgas Covid-19, per tanggal 19 Juli 2020 dari total kasus positif Covid-19 di Indonesia, 8,1% adalah kasus yang terjadi pada anak.

Fidiansjah menuturkan dari data tersebut maka ada 7.008 kasus anak terpapar Covid-19, dari total jumlah anak di Indonesia ialah 79,5 juta anak, atau 30,1% dari penduduk seluruh Indonesia.

"Jumlah anak di Indonesia itu menempati 30% dari penduduk. Nah yang dimaksud anak adalah orang berusia di bawah 18 tahun," jelas Fidiansjah.

Ia melanjutkan dari 7.008 kasus tersebut, 8,6% dirawat, 8,3% dinyatakan sudah sembuh dan 1,6% meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×