kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes Akan Aktifkan Telemedicine Isoman di Tengah Kenaikan Kasus Covid-19


Senin, 20 Juni 2022 / 05:35 WIB
Kemenkes Akan Aktifkan Telemedicine Isoman di Tengah Kenaikan Kasus Covid-19


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menghidupkan kembali telemedicine bagi pasien isolasi mandiri (isoman) sebagai upaya mitigasi lonjakan kembali kasus Covid-19.

"Kami akan kembali menghidupkan lagi telemedicine, karena itu memudahkan masyarakat. Jadi nggak harus datang ke rumah sakit untuk mendapatkan layanan dokter maupun obat," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/6).

Kesiapan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dan rumah sakit mulai dari tenaga kesehatan, tempat tidur isolasi, obat-obatan hingga alat pelindung diri (APD) juga telah dimitigasi pemerintah mulai sekarang.

"InsyaAllah lebih siap dibandingkan sebelumnya, karena kita sudah dua tahun lebih menghadapi pandemi ini," kata Syahril.

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 per 19 Juni: Penambahan Vaksinasi Mencapai 100.318 Dosis

Syahril menjelaskan, disamping lantaran masih dalam kondisi pandemi, kenaikan kasus Covid-19 juga disebabkan karena munculnya varian baru. Seperti diketahui setelah omicron, kini muncul subvarian dari omicron yaitu BA.4 BA.5.\

Belajar dari pengalaman, Syahril mengatakan lonjakan kasus akibat adanya varian baru biasanya, terjadi setelah sebulan ditemukan kasus pertama varian atau subvarian tersebut.

Adapun subvarian BA.4 dan BA.5 diperkirakan berpotensi menimbulkan kenaikan kasus sepertiga dari puncak kasus omicron awal. Pada gelombang omicron lalu puncak kasus mencapai 60.000, maka pada subvarian tersebut diprediksi akan mencapai 20.000 kasus.

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Indonesia, 19 Juni: Tambah 1.167 Kasus Baru, Meninggal 3

"Mungkin pertengahan Juli diperkirakan puncak kasus. Nah dengan kondisi ini kami mewaspadai bagaimana kita tekan agar tidak setinggi itu, walaupun setinggi itu misalnya, kita upayakan agar tidak banyak yang sakit dan yang masuk rumah sakit, ataupun hingga kasus meninggal," kata Syahril.

Testing dan tracing juga terus digalakkan Kementerian Kesehatan guna mitigasi adanya lonjakan kasus subvarian omicron ini. Selain itu masyarakat juga diminta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Vaksinasi dosis lengkap dan booster juga dikejar cakupannya oleh pemerintah.

"Karena vaksinasi ini merupakan upaya untuk bagaimana orang yang divaksin itu daya imunitasnya meningkat dan akan menurunkan tingkat keparahan apabila terpapar atau terinfeksi Covid-19," imbuh dia.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Ketiga Masih 23,38% Target di Tengah Penyebaran Varian Baru g

Sementara itu, Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menerangkan, berdasarkan data efikasi vaksin dari riset menunjukkan bahwa vaksin mRNA merespon cukup baik terhadap subvarian omicron BA.4 BA.5.

"Data riset yang dimuat di Nature menunjukkan bahwa merespon subvarian omicron apalagi BA.4 BA.5 maka booster vaksinasi dengan mRNA (Pfizer atau Moderna) jadi sangat penting," imbuh Dicky.

Oleh karenanya, Dicky menegaskan, penting bagi Indonesia untuk mengejar cakupan dosis ketiga atau booster sampai minimal 50% dari target populasi umum dan 70% di populasi rawan/berisiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×