kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes: Ada 9 Kasus Dugaan Cacar Monyet di Indonesia, Hasil PCR Semuanya Negatif


Kamis, 28 Juli 2022 / 04:44 WIB
Kemenkes: Ada 9 Kasus Dugaan Cacar Monyet di Indonesia, Hasil PCR Semuanya Negatif
ILUSTRASI. Kemenkes) memastikan, hingga saat ini belum ditemukan kasus konfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan, hingga saat ini belum ditemukan kasus konfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Mengutip laman Setkab.go.id, Juru Bicara COVID-19 Kemenkes Moh. Syahril mengatakan, sebelumnya, ada sembilan kasus yang diduga terinfeksi monkeypox. Usai dilakukan PCR, kesembilan orang tersebut dinyatakan negatif.

"Alhamdulillah, sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia," katanya dalam keterangan pers “Update Perkembangan Cacar Monyet di Indonesia”, Rabu (27/07/2022) secara daring.

Syahril menyampaikan, berbagai mitigasi telah dilakukan Kemenkes untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya cacar monyet di Indonesia. 

Adapun upaya yang dilakukan di antaranya sebagai berikut:

Pertama, memperkuat pemeriksaan surveilans di pintu masuk negara baik melalui jalur darat, laut dan udara. 

Baca Juga: Penderita Cacar Monyet Bisa Merasakan Tanda-tanda Terinfeksi 2 Minggu-1 Bulan

Kedua, Kemenkes juga meminta seluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), laboratorium, rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terutama pascapenetapan monkeypox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli lalu.

Ketiga, Kemenkes juga telah menyiapkan dua laboratorium rujukan pemeriksa monkeypox yaitu Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati BKPK.

Keempat, untuk pencegahan di tingkat masyarakat, Syahril mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun/alkohol, menggunakan masker serta membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Baca Juga: Potensi Cacar Monyet Menyebar di Indonesia Besar, Ini Alasannya

Syahril menekankan,  protokol kesehatan (prokes) masih menjadi cara paling ampuh untuk mencegah monkeypox mengingat karakteristiknya yang hampir mirip dengan COVID-19, yakni self limiting disease atau bisa sembuh sendiri dengan gejala yang muncul sekitar 2-4 minggu serta belum adanya obat khusus ataupun vaksin untuk monkeypox.

“Prokes adalah kebutuhan wajib kita untuk menghindari penularan baik dari COVID-19 maupun penyakit infeksi emerging lainnya termasuk monkeypox dan hepatitis akut,” ujarnya.

Walaupun gejalanya cenderung ringan bahkan sembuh sendiri, monkeypox bisa menjadi penyakit derajat berat dan berpotensi menyebabkan komplikasi penyakit seperti infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, dan ensefalitis. Infeksi kornea sehingga menyebabkan kebutaan manakala tidak segera mendapatkan penanganan medis.

“Apabila mengalami gejala demam dan ruam, harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat jika mengalami gejala serupa,” pungkasnya.

Informasi saja, sejak ditemukan pertama kali pada 6 Mei 2022 di Inggris, penyebaran monkeypox di dunia terus meluas. Hingga 27 Juli, sebanyak 17.156 orang di 75 negara dikonfirmasi terinfeksi, di mana 69 di antaranya bukan negara endemis monkeypox. Spanyol menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak disusul Amerika Serikat dan Perancis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×