Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Sakit tifus sering disalahsangka dengan penyakit lain, salah satunya DBD. Ini karena keduanya memiliki gejala awal yang mirip yaitu demam selama berhari-hari. Namun, sebenarnya, keduanya memiliki gejala khas masing-masing.
Tifus (tipes) adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, memengaruhi banyak organ. Tanpa pengobatan yang tepat, tifus dapat menyebabkan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal.
Dilansir dari Nhs.uk, Tifus disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella typhi, yang berkaitan dengan bakteri salmonella, penyebab keracunan makanan. Demam tifoid sangat menular. Biasanya, penularan terjadi lewat feses, atau dalam kasus yang lebih jarang, yakni lewat urin.
Jika Anda makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi dengan kotoran atau urine yang terinfeksi , bakteri bisa masuk ke dalam tubuh, lalu Anda akan mulai merasakan gejala demam tifoid.
Siapa berisiko?
Demam tifoid umum terjadi di wilayah yang memiliki sanitasi yang buruk dan terbatasnya akses ke air bersih. Di seluruh dunia, anak-anak adalah kelompok masyarakat yang dianggap paling berisiko.
Ini mungkin karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Namun, anak-anak dengan demam tifoid cenderung memiliki gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa.
Gejala demam tifoid
Gejala demam tifoid biasanya berkembang dalam waktu satu atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. Dengan pengobatan yang tepat, gejala akan membaik dalam waktu tiga sampai lima hari.
Jika diobati, gejala akan memburuk dalam hitungan waktu beberapa minggu, dan berisiko menimbulkan komplikasi yang mengancam nyawa. Tanpa pengobatan, tifus bisa saja sembuh jika daya tahan tubuh Anda sangat kuat, tapi makan waktu berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan.
Gejala umum tifus mencakup:
- Suhu tinggi, yang dapat mencapai hingga 39-40C terutama pada sore dan malam hari.
- Sakit kepala
- Sakit otot
- Sakit perut
- Mehilangan selera makan
- Sembelit atau diare (orang dewasa cenderung memderita sembelit sedamgkan anak-anak cenderung menderita diare)
- Ruam berupa bintik-bintik merah muda kecil
- Lelah dan lesu
- Kebingungan, seperti tidak tahu di mana Anda berada atau apa yang terjadi di sekitar Anda.
Komplikasi tifus
Komplikasi yang disebabkan oleh tifus biasanya hanya terjadi pada orang yang belum diobati dengan antibiotik yang tepat atau yang terlambat berobat. Dalam kasus seperti ini, sekitar satu dari 10 orang mengalami komplikasi. Biasanya, komplikasi berkembang pada minggu infeksi.
Dua komplikasi yang paling umum pada demam tifoid yang tidak diobati adalah:
1. Pendarahan internal dalam sistem pencernaan.
2. Perforasi bagian sistem pencernaan atau usus, yang menyebarkan infeksi ke jaringan di dekatnya.
Pendarahan internal
Kebanyakan perdarahan yang terjadi pada tifus tidak mengancam jiwa, tetapi bisa membuat Anda merasa sangat tidak enak.
Gejala pendarahan internal antara lain adalah:
- Merasa lelah sepanjang waktu
- Sesak napas
- Kulit pucat
- Detak jantung tak teratur
- Muntah darah
- Feses berwarna sangat gelap
Tansfusi darah mungkin diperlukan untuk mengganti darah yang hilang, dan operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki organ yang mengalami pendarahan.
Perforasi
Perforasi berpotensi menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Hal ini terjadi karena bakteri yang hidup di dalam sistem pencernaan Anda dapat berpindah ke perut dan menginfeksi lapisan perut (peritoneum). Kondisi ini dikenal dengan sebutan peritonitis.
Peritonitis adalah keadaan darurat medis, karena seharusnya jaringan peritoneum steril (bebas kuman). Tidak seperti bagian lain dari tubuh, seperti kulit, peritoneum tidak memiliki mekanisme pertahanan untuk melawan infeksi.
Pada peritonitis, infeksi dengan cepat dapat menyebar ke dalam darah (sepsis), sebelum menyebar ke organ lain. Ini membawa risiko kegagalan organ-organ tubuh.
Jika tidak diobati dengan benar, peritonitis dapat menyebabkan kematian. Gejala yang paling umum dari peritonitis adalah sakit perut tiba-tiba yang dengan cepat semakin memburuk.
Penderita peritonitis sebaiknya dirawat di rumah sakit. Pasien akan diberi suntikan antibiotik. Pembedahan mungkin akan dilakukan untuk menutup lubang di dinding usus.
(Bestari Kumala Dewi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News