Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran Covid-19 varian omicron sudah sampai Indonesia. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan, respons terhadap Covid-19 varian omicron ini tidak bisa dianggap remeh karena akan berdampak serius.
Menurutnya, varian omicron tidak pantas dianggap dampaknya ringan atau jangan dibedakan dengan varian yang lain. Sebab, varian omicron ini masih sama, yakni virus corona. Bahkan, varian ini mempunyai kemampuan lebih menyebar dari varian delta, karena dapat menginfeksi orang-orang yang sudah divaksinasi penuh.
“Meskipun secara klinis jauh lebih ringan, ini hanya karena mayoritas sudah mempunyai imunitas dari vaksinasi. Ini yang harus pertama dipahami,” kata Dicky kepada Kontan.co.id, Jumat (7/1).
Selain itu, ujar Dicky, varian omicron mempunyai dampak jangka panjang yang disebut dengan long covid, atau bahkan potensi kematian. “Tidak berbeda dengan varian delta, dan potensi dampak kematian ini ada, dan ini terjadi. Artinya kita tidak bisa meremehkan, anggapan biarkan kita terinfeksi itu salah,” tandasnya.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 7 Januari 2022: Tambah 518 Kasus Baru, Tetap Pakai Masker
Dengan membiarkan omicron bersikulasi dan merajalela, Dicky menilai, bakal berdampak buruk, karena virus ini akan bereplikasi dan bermutasi menjadi varian yang lebih baru lagi.
Perlu diingat, varian omicron bukan varian terakhir Covid-19, sehingga pengetatan di pintu masuk dan karantina yang efektif menjadi penting. Masa karantina yang dipersingkat jangan dilakukan, karena varian delta masih bersilkulasi.
“Karena kita akhirnya menempatkan diri kita dalam posisi berbahaya, sehingga masa karantina yang efektif setidaknya 7 hari dengan penguatan-penguatan. Dengan testing PCR tiga kali, atau penguatan lain, seperti PCR sebelum datang, status vaksinasi ditambah dengan booster itu baik,” kata Dicky.
Dicky juga menyarankan untuk mitigasi tracing, tracking, dan testing (3T), penerapan 5M, dan percepatan vaksinasi menjadi sangat penting. “Kita beruntung bahwa vaksinasi sudah dapat menjadi tumpuan relatif untuk melakukan pelonggaran. Oleh karena itu akselerasi vaksinasi penting,” imbuh Dicky.
Dalam tiga hari terakhir ini, ada peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Jumat (7/1), terdeteksi sebanyak 518 kasus baru di Indonesia, sehingga kasus aktif di Indonesia saat ini mencapai 5.494 orang.
Sementara itu, untuk kasus omicron di dalam negeri, merujuk Lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), per Jumat (7/1) sudah mencapai 258 orang.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Baca Juga: Pemerintah Perketat Pengawasan Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News