Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro menerangkan bahwa, efek samping pasca pemberian vaksin seperti nyeri atau bengkak bukan berasal dari virus dari vaksin tersebut.
Adapun jenis kandidat vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi Covid-19 mendatang merupakan jenis inactivated vaccine. Artinya vaksin yang ada merupakan hasil dari virus yang dimatikan.
Kemudian dalam pembuatan vaksin, vrius yang dimatikan tersebut ditambah sebuah zat atau adjuvan. Adjuvan dijelaskan Sri ialah substansi yang memperkuat dan atau memodulasi respons imun terhadap antigen.
Baca Juga: ITAGI pastikan kandidat vaksin Covid-19 sudah lolos keamanan sejak fase I
Maka dengan kata lain adjuvan ialah substansi yang mempercepat, memperpanjang, atau meningkatkan respons imun spesifik.
Adjuvan tersebutlah yang membuat adanya efek samping seperti nyeri, bengkak hingga sedikit demam usai dilakukan vaksinasi.
"Sering kali efek samping itu dari adjuvan itu. Adjuvan itu sering kali menimbulkan bengkak atau menimbulkan nyeri, maka penyuntikan harus betul-betul. Makanya untuk penyuntikan harus hati-hati karena harus dalam, jadi kita betul-betul harus hati-hati," jelas Sri dalam Webinar Sosialisasi Vaksin Untuk Negeri pada Sabtu (31/10).
Efek samping yang ditimbulkan dari vaksin yang berasal dari virus mati dijelaskan Sri akan berupa efek lokal, seperti bengkak pada lokasi penyuntikan hingga nyeri.
"Kalau memang orangnya gemuk lemaknya tebal jarumnya harus lebih panjang, supaya lebih masuk ke dalam otot. Kalau kita lihat untuk vaksin mati pada umumnya efek sampingnya lokal pada tempat penyuntikan ada sedikit demam tapi nggak terlalu tinggi, ada juga mungkin agak lemes tapi nggak berat karena dia vaksin mati," jelas Sri.
Baca Juga: Jusuf Kalla: Wabah corona di Indonesia baru akan reda tahun 2022
Diingatkan oleh Sri selain vaksin, agar pandemi lekas usai ditekankan pelaksanaan protokol kesehatan 3M agar disiplin dilakukan oleh masyarakat.
"Supaya ini cepat selesai pandemi, satu protokol kesehatan itu enggak bisa dilepaskan, harus kita disiplin harus taat pakai masker, cuci tangan, jaga jarak harus jadi kebiasaan, ditambah dengan vaksin. Sehingga yang imun ini lebih banyak, kita nggak mungkin menunggu semua sakit, rumah sakit udah penuh dokter perawat juga kasihan. Supaya lebih cepat vaksin ini bukan segalanya tapi kita bisa menambahkan," jelasnya.
Perihal masih ada masyarakat yang menolak adanya vaksinasi, Sri menyebut perlu adanya sosialisasi dan edukasi akan vaksinasi sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News